Pelaku Pasar Menanti Pertemuan The Fed

Pasar mengawasi sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve sebelum pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) berikutnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mar 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 18:00 WIB
Pelaku Pasar Menanti Pertemuan The Fed
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,73 persen ke posisi 7.328 pada pekan lalu. Sektor saham teknologi dan konsumer siklikal menekan IHSG. (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,73 persen pada 13-15 Maret 2024 ke posisi 7.328. Sektor saham teknologi dan konsumer siklikal menekan IHSG.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, ditulis Senin (18/3/2024), sektor saham teknologi dan konsumer siklikal masing-masing melemah 3,27 persen dan 1,28 persen terhadap indeks saham.

Pada pekan lalu, pelaku pasar juga hadapi rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang ternyata lebih tinggi dari yang diharapkan. Inflasi AS naik menjadi 3,2 persen pada Februari 2024 dibandingkan Januari 2024 di kisaran 3,1 persen. Inflasi tersebut juga lebih tinggi dari prediksi 3,1 persen. Di sisi lain, inflasi inti turun menjadi 3,8 persen dari sebelumnya 3,9 persen. Namun, inflasi inti lebih tinggi dari yang diharapkan 3,7 persen.

Sementara itu, data ekonomi dari Eropa menunjukkan sinyal beragam. Inflasi Jerman berada di posisi terendah dalam tiga tahun. Inflasi Jerman mencapai 2,5 persen pada Februari 2024, dan terendah sejak Juni 2021. Inflasi tersebut juga mendekati target bank sentral Eropa di kisaran 2 persen.

Akan tetapi, di Rusia, inflasi melonjak ke level tertinggi dalam satu tahun. Inflasi naik menjadi 7,7 persen pada Februari 2024. Inflasi tersebut juga lebih tinggi dari prediksi 7,6 persen. Inflasi tersebut lebih tinggi dari target bank sentral 4 persen.

Selain itu, inflasi India juga menguat menjadi 5,09 persen, dan lebih tinggi dari yang diharapkan. Prediksi inflasi ritel di India sebesar 5,02 persen. Namun, inflasi itu lebih rendah dari posisi Januari sebesar 5,1 persen.

Dari Indonesia, data ekonomi dari neraca perdagangan yang menunjukkan surplus perdagangan lebih rendah. Hal ini seiring kenaikan impor tetapi ekspor turun. Surplus perdagangan Indonesia tercatat USD 870 juta pada Februari 2024 dari periode sama sebelumnya pada 2023 di posisi USD 5,46 miliar. Realisasi surplus perdagangan itu juga jauh dari prediksi sebesar USD 2,32 miliar. Surplus perdagangan tersebut terkecil sejak Mei.

Pandangan ke Bank Sentral AS

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Pasar mengawasi sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve sebelum pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) berikutnya.

Hal ini setelah rilis data inflasi yang menjadi berita utama. Inflasi tercatat naik menjadi 3,2 persen dari yang diharapkan 3,1 persen. Selain itu, inflasi inti tercatat 3,8 persen dari yang diharapkan 3,7 persen. Producer Price Index (PPI) tahunan juga lebih tinggi dari perkiraan sebesar 1,6 persen dari yang diharapkan 1,1 persen.

"Pertemuan FOMC mendatang mungkin akan menentukan nada dan ekspektasi dari the Fed sehubungan dengan data terkini terutama dengan perkiraan dot plot setiap kuartal,” tulis Ashmore.

Berdasarkan data CME FedWatch Tool, pasar masih memperkirakan tingkat suku bunga akan turun pada Juni. Penurunan suku bunga sekitar 75 basis poin hingga akhir tahun sejalan dengan dot plot dari Desember.

“Kami merekomendasikan untuk tetap diversifikasi saham dan pendapatan tetap untuk mendapatkan manfaat dari antisipasi suku bunga karena investor global mencari aset di pasar negara berkembang,” ujar Ashmore.

Ashmore menilai, pasar saham Indonesia tetap menarik karena kepercayaan lebih besar terhadap kebijakan yang mendukung pertumbuhan dari pemerintahan baru. “Untuk reksa dana saham, kami merekomendasikan ASDN dan ADEN. Sedangkan reksa dana pendapatan tetap kami merekomendasikan ADON dan ADUN,”

Kinerja IHSG Sepekan

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 13-15 Maret 2024. Koreksi IHSG terjadi di tengah aksi beli saham investor asing mencapai Rp 7,39 triliun.

Dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (16/3/2024), IHSG anjlok 0,73 persen menjadi 7.328,05 dari pekan lalu di posisi 7.381,90. IHSG yang lesu tersebut diikuti kapitalisasi pasar saham bursa terpangkas 1,19 persen menjadi Rp 11.690 triliun dari Rp 11.820 triliun pada pekan lalu.

Selain itu, rata-rata volume transaksi harian merosot 4,94 persen menjadi 18,68 miliar saham dari 19,65 miliar saham. Investor asing menjual saham Rp 1,5 triliun pada Jumat, 15 Maret 2024. Namun, selama sepekan, investor asing beli saham Rp 7,39 triliun.

Adapun pada pekan ini, rata-rata nilai transaksi harian melesat 63,45 persen menjadi Rp 17,12 triliun dari Rp 10,47 triliun pada penutupan pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan naik 2,07 persen menjadi 1.233 ribu kali transaksi dari 1.208 ribu kali transaksi pada pekan lalu.

 

Program BEI

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu BEI menyampaikan, dalam rangka meningkatkan aktivitas investor dalam bertransaksi produk Exchange-Traded Fund (ETF) dan Waran Terstruktur di pasar modal Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) menyelenggarakan IDX Investor Reward Program 2024.

Melalui program ini, reward akan diberikan bagi investor yang aktif bertransaksi ETF dan Waran Terstruktur selama periode 15 Maret-15 September 2024. Semakin aktif investor bertransaksi, maka semakin besar kesempatan memenangkan reward dengan total Rp250 juta serta berbagai hadiah menarik lainnya.

Untuk mengikuti program ini, investor harus bertransaksi ETF dan Waran Terstruktur melalui 19 perusahan sekuritas yang menjadi peserta program ini. Informasi lebih lanjut mengenai program ini bisa didapatkan dengan mengikuti media sosial resmi BEI dan mengunjungi website BEI http://bit.ly/IRP2024 .

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya