Liputan6.com, Jakarta Alibaba pada Selasa, 26 Maret 2024 mengatakan pihaknya membatalkan rencana penawaran umum perdana untuk unit logistik pintar Cainiao, sehingga menambah kesengsaraan baru-baru ini bagi mantan perusahaan teknologi asal Tiongkok tersebut.
Penundaan rencana IPO terjadi karena memberikan mereka suntikan uang tunai dengan kesepakatan keluar yang penting terjadi setelah kondisi pasar yang memburuk di Tiongkok. Awalnya rencana IPO ini akan menjadi keuntungan bagi Alibaba.
Baca Juga
Para investor semakin kecewa terhadap Tiongkok akhir-akhir ini, karena khawatir dengan serangkaian masalah termasuk melemahnya konsumsi, serta krisis real estat dan utang.
Advertisement
Dalam siaran persnya pada Selasa, Alibaba mengatakan mereka menarik IPO dan permohonan pencatatan Cainiao, dan juga akan membeli sisa saham perusahaan yang saat ini belum dimilikinya.
Alibaba saat ini memiliki 64% saham Cainiao. Dikatakan pihaknya bermaksud untuk berinvestasi hingga USD 3,75 miliar atau setara Rp 59,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.829 per dolar AS) untuk mengakuisisi 36% sisanya dari investor minoritas dan karyawan dengan ekuitas pribadi.
Ketua Alibaba, Joe Tsai mengatakan dalam sebuah pernyataan perusahaan mengambil keputusan untuk membatalkan rencana IPO Cainiao dan sebagai gantinya mengambil kepemilikan penuh atas bisnis tersebut.
“Kami yakin ini adalah waktu yang tepat untuk melipatgandakan investasi dalam bisnis logistik,” kata Tsai dikutip dari CNBC International, Jumat (29/3/2024).
Tawaran tersebut memberi nilai Cainiao sebesar USD 10,3 miliar atau setara Rp 163 triliun. Cainiao, yang pertama kali diluncurkan oleh Alibaba pada Mei 2013, menyediakan layanan pergudangan dan pemenuhan, pengiriman jarak jauh dan pos penjemputan, serta logistik balik (reverse logistic) kepada pelanggan situs e-commerce Taobao dan Tmall milik Alibaba.
Anak Usaha Alibaba PHK Karyawan Global di Asia Selatan
Sebelumnya, platform e-commerce milik Alibaba, Daraz Group mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh grupnya untuk mengadopsi struktur yang lebih ramping.
PHK itu diungkapkan oleh Chief Executive Officer (CEO) James Dong dalam sebuah memo internal kepada karyawan.
Memo itu tidak menyebutkan jumlah karyawan yang terkena dampak PHK tersebut. Namun PHK akan melanda karyawan Daraz di Pakistan, Bangladesh, Nepal, Sri Lanka, dan Myanmar.
"Dengan enggan, kami akan mengucapkan selamat tinggal kepada banyak anggota keluarga Daraz yang berharga," tulis memo tersebut kepada staf Daraz, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (28/2/2024).
Pangkas 11 Persen
Pada 2023 lalu, Daraz mengatakan bahwa pihaknya mempekerjakan 3.000 karyawan di seluruh wilayah geografisnya, sebelum pasar e-commerce memangkas tenaga kerja sebesar 11 persen karena kondisi pasar yang sulit, konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan, melonjaknya inflasi, serta pajak yang lebih tinggi.
"Meskipun kami berupaya mencari solusi yang berbeda, struktur biaya kami masih jauh dari target keuangan kami. Menghadapi tantangan pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami harus mengambil tindakan cepat untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang dan pertumbuhan berkelanjutan perusahaan kami," ungkap James Dong.
Dia menambahkan bahwa grup tersebut berencana untuk fokus pada peningkatan pengalaman konsumen secara proaktif dengan mendiversifikasi penawaran produk bernilai, memperluas kategori produk, dan meningkatkan efisiensi operasional penjual di platformnya.
Advertisement
Pakistan dan Bangladesh Jadi Pasar Terbesar
Pada Januari 2024, Darza Group menunjuk James Dong sebagai penjabat CEO, menggantikan CEO yang keluar, Bjarke Mikkelsen.
Pakistan dan Bangladesh adalah pasar terbesar kelompok ini, kata CEO Mikkelsen tahun lalu.
Bisnis ini mencakup empat bidang utama – e-commerce, logistik, infrastruktur pembayaran, dan layanan keuangan. Perusahaan ini memiliki lebih dari 30 juta pembeli, 200.000 penjual aktif, dan lebih dari 100.000 merek, kata perusahaan itu kepada Reuters.