Saham Perbankan Lesu di Tengah Peluncuran Danantara, Investor Buru Sektor Defensif

Pada perdagangan Senin, saham BBCA turun 0,83 persen ke posisi 8.925. Senasib, BMRI turun 0,99 persen ke posisi 5.025. BBNi turun 2,33 persen ke posisi 4.200. Sementara BBRI naik tipis 0,77 persen ke posisi 3.920.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 25 Feb 2025, 10:25 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 10:25 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Danantara belum mampu mengangkat kepercayaan investor pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 53,40 poin atau 0,78% ke level 6.749 pada Senin, 24 Februari 2025 (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) kini resmi hadir sebagai institusi yang akan mengelola aset negara senilai USD 900 miliar atau sekitar Rp 14.710 triliun.

Dengan struktur kepemimpinan yang diisi oleh nama-nama besar seperti Rosan Perkasa Roeslani (CEO), Dony Oskaria (COO), dan Pandu Patria Sjahrir (CIO), serta dukungan dewan pengawas yang kuat dengan kehadiran Erick Thohir dan Muliaman Hadad, Danantara digadang-gadang menjadi game changer dalam pengelolaan aset negara.

Dibangun dengan model yang mengacu pada Temasek Holdings Singapura, kehadiran Danantara diharapkan mampu menjadi katalis pertumbuhan ekonomi melalui optimalisasi aset negara dan peningkatan efisiensi BUMN.

"Jika dijalankan dengan baik, badan ini bisa menarik lebih banyak investasi asing, meningkatkan likuiditas pasar modal, serta mempercepat pembangunan di sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur, dan infrastruktur," kata Pengamat pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardhana dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (25/2/2025).

Dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% sebagaimana yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Namun, besarnya potensi Danantara juga diiringi oleh sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan.

Dari perspektif politik, keberadaannya bisa menjadi isu yang diperdebatkan oleh oposisi maupun pihak-pihak yang merasa dirugikan. Selain itu, menjaga independensi dan transparansi menjadi faktor krusial agar pengelolaan aset negara tidak terjebak dalam kepentingan politik atau oligarki.

"Skema mitigasi risiko pun harus disiapkan secara matang agar Danantara tidak menjadi beban keuangan negara jika menghadapi kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan," kata Hendra.

Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Danantara adalah institusi baru yang membutuhkan waktu untuk berkonsolidasi dan membuktikan efektivitasnya. Oleh karena itu, peran publik, regulator, dan media dalam mengawal badan ini menjadi krusial agar tujuannya benar-benar tercapai.

"Jika dikelola secara profesional, Danantara bisa menjadi instrumen transformasi ekonomi yang berdampak besar. Namun, jika tidak, badan ini berpotensi menimbulkan polemik baru yang justru menghambat stabilitas ekonomi nasional," ujar Hendra.

 

Danantara Belum Mampu Angkat Optimisme Investor

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di sisi lain, Hendra mencermati peluncuran Danantara belum mampu mengangkat kepercayaan investor pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 53,40 poin atau 0,78% ke level 6.749 pada Senin, 24 Februari 2025, bertepatan dengan peluncuran Danantara.

Tekanan terhadap IHSG terjadi seiring dengan aksi jual investor asing. Pada perdagangan 24 Februari 2024, asing tercatat melakukan net sell Rp 3,47 triliun. Sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), asing mencatatkan nett sell Rp 15,16 triliun.

“Keberadaan Danantara memang menjadi katalis positif dalam jangka panjang, tetapi transparansi dan independensi dalam pengelolaan aset negara masih menjadi pertanyaan besar di kalangan investor,” ungkap Hendra.

Selain itu, muncul kabar bahwa sebagian nasabah mulai mempertimbangkan menarik dana mereka dari bank-bank Himbara akibat kekhawatiran redistribusi dana pemerintah ke skema investasi lain yang dikelola Danantara.

“Meski belum ada pernyataan resmi mengenai perubahan signifikan dalam struktur dana perbankan, sentimen negatif ini cukup berpengaruh terhadap saham perbankan, terutama BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI,” jelas Hendra.

Pada perdagangan Senin, saham BBCA turun 0,83 persen ke posisi 8.925. Senasib, BMRI turun 0,99 persen ke posisi 5.025. BBNi turun 2,33 persen ke posisi 4.200. Sementara BBRI naik tipis 0,77 persen ke posisi 3.920. Asal tahu saja, saham-saham ini merupakan saham dengan kapitalisasi besar atau big cap, di mana pergerakan harganya akan berdampak pada IHSG.

 

Investor Beralih ke Sektor Defensif

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di tengah tekanan yang semakin kuat, investor mulai mencari alternatif investasi yang lebih defensif. Saham sektor consumer goods menjadi salah satu pilihan menarik, terutama menjelang bulan Ramadhan yang diperkirakan akan meningkatkan konsumsi domestik.

“Saham Indofood CBP (ICBP) dengan target harga Rp 12.200 dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang stabil, didukung oleh peningkatan konsumsi selama periode Ramadhan,” ujar Hendra.

Selain itu, saham emiten komoditas emas seperti J Resources Asia Pasifik (PSAB) juga mulai menarik perhatian. “Emas sering kali menjadi aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Dengan target harga Rp 310, saham PSAB berpotensi menarik bagi investor yang mencari perlindungan terhadap volatilitas pasar,” tambah Hendra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya