Saham-saham perbankan bergerak di zona hijau pada perdagangan saham Kamis (14/11/2013) setelah sehari sebelumnya terseok karena sentimen negatif kenaikan BI Rate.
Sentimen positif global muncul dari komentar calon pimpinan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) Janet Yellen. Di sisi lain kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan/BI Rate mulai mereda sehingga berdampak ke saham perbankan.
Berdasarkan data RTI pukul 10.33 WIB, saham-saham perbankan berkapitalisasi besar bergerak naik, padahal kemarin saham bank berada di zona merah karena aksi jual.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 4,79% ke level Rp 7.650 per saham. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 4,17% ke level Rp 4.375 per saham. Saham PT Bank Mandiri Tbk menguat 2,68% ke level Rp 7.650 per saham.
Sektor saham keuangan pun menguat 2,62% sehingga memimpin penguatan indeks saham. Sektor saham konstruksi naik 2,25%, dan sektor saham pertambangan naik 1,61%. IHSG naik 1,48% ke level 4.365.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Ahmad Sujatmiko menuturkan, pelaku pasar mulai mengambil posisi masuk ke saham perbankan. Hal itu berdampak positif terhadap saham bank.
Selain itu, penguatan saham bank ini juga dipicu adanya keyakinan bahwa industri perbankan masih membukukan laba pada 2013. Meski pun nantinya akan ada perlambatan penyaluran kredit karena suku bunga tinggi.
Bank Indonesia (BI) sendiri kembali menaikkan BI Rate 25 basis poin (bps) menjadi 7,5% pada Selasa kemarin.
"Kenaikan BI Rate memang akan membuat biaya perbankan naik sehingga nanti akan berdampak ke konsumen kredit. Namun saya melihat kenaikan BI Rate tidak terlalu berpengaruh dalam waktu dekat. Bank masih akan membukukan laba pada 2013," ujar Ahmad, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/11/2013).
Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, pelaku pasar tidak hanya mengkhawatirkan kenaikan BI Rate tetapi juga kapan realisasi pengurangan stimulus/tapering dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat. Karena itulah pada transaksi Rabu kemarin muncul tekanan jual di saham perbankan.
Untungnya ada pernyataan calon pimpinan The Federal Reserve Janet Yellen. Yellen menjanjikan data ekonomi dan pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang belum potensial akan membuat pihaknya mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, program stimulus masih diperlukan meskipun ada harapan untuk tidak bergantung kepada program stimulus.
"Sentimen positif global itu membuat investor asing memburu saham berkapitalisasi besar termasuk saham perbankan. Hal itu wajar dilakukan oleh investor asing," tutur Satrio.
Rekomendasi saham
Satrio mengatakan, pelaku pasar dapat mencermati empat saham bank antara lain saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). "Speculative buy untuk empat saham itu," kata Satrio. (Ahm/Igw)
Sentimen positif global muncul dari komentar calon pimpinan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) Janet Yellen. Di sisi lain kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan/BI Rate mulai mereda sehingga berdampak ke saham perbankan.
Berdasarkan data RTI pukul 10.33 WIB, saham-saham perbankan berkapitalisasi besar bergerak naik, padahal kemarin saham bank berada di zona merah karena aksi jual.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menguat 4,79% ke level Rp 7.650 per saham. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 4,17% ke level Rp 4.375 per saham. Saham PT Bank Mandiri Tbk menguat 2,68% ke level Rp 7.650 per saham.
Sektor saham keuangan pun menguat 2,62% sehingga memimpin penguatan indeks saham. Sektor saham konstruksi naik 2,25%, dan sektor saham pertambangan naik 1,61%. IHSG naik 1,48% ke level 4.365.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Ahmad Sujatmiko menuturkan, pelaku pasar mulai mengambil posisi masuk ke saham perbankan. Hal itu berdampak positif terhadap saham bank.
Selain itu, penguatan saham bank ini juga dipicu adanya keyakinan bahwa industri perbankan masih membukukan laba pada 2013. Meski pun nantinya akan ada perlambatan penyaluran kredit karena suku bunga tinggi.
Bank Indonesia (BI) sendiri kembali menaikkan BI Rate 25 basis poin (bps) menjadi 7,5% pada Selasa kemarin.
"Kenaikan BI Rate memang akan membuat biaya perbankan naik sehingga nanti akan berdampak ke konsumen kredit. Namun saya melihat kenaikan BI Rate tidak terlalu berpengaruh dalam waktu dekat. Bank masih akan membukukan laba pada 2013," ujar Ahmad, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (14/11/2013).
Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan, pelaku pasar tidak hanya mengkhawatirkan kenaikan BI Rate tetapi juga kapan realisasi pengurangan stimulus/tapering dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat. Karena itulah pada transaksi Rabu kemarin muncul tekanan jual di saham perbankan.
Untungnya ada pernyataan calon pimpinan The Federal Reserve Janet Yellen. Yellen menjanjikan data ekonomi dan pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang belum potensial akan membuat pihaknya mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, program stimulus masih diperlukan meskipun ada harapan untuk tidak bergantung kepada program stimulus.
"Sentimen positif global itu membuat investor asing memburu saham berkapitalisasi besar termasuk saham perbankan. Hal itu wajar dilakukan oleh investor asing," tutur Satrio.
Rekomendasi saham
Satrio mengatakan, pelaku pasar dapat mencermati empat saham bank antara lain saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). "Speculative buy untuk empat saham itu," kata Satrio. (Ahm/Igw)