Angkat Tema Politik, Doraemon Dianggap Mengkritik Pemerintah

Anak-anak Jepang baru saja mempelajari politik legislatif melalui salah satu episode anime Doraemon yang dianggap mengkritik pemerintah.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 20 Okt 2014, 08:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2014, 08:30 WIB
Doraemon
Anime dan manga Doraemon.

Liputan6.com, Tokyo Di Indonesia, anak-anak masa kini tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah proses legislatif dikarenakan maraknya pemberitaan politik di Tanah Air. Anak-anak Jepang pun ternyata baru saja mempelajari hal yang sama melalui anime Doraemon episode akhir pekan lalu.

Dilansir dari Anime News Network, Sabtu (18/10/2014), tema tersebut mencuat ketika bibi Nobita membatalkan perjalanan karena adanya peningkatan pajak konsumsi. Nobita pun marah terhadap Diet (sebutan untuk parlemen Jepang).

Doraemon secara langsung memberikan jawaban melalui sebuah alat bernama 'Diet Portabel' yang mampu melewatkan undang-undang apapun dengan memasukkan rancangannya ke dalam celah di atap alatnya. RUU tersebut kemudian menjadi sebuah hukum seketika dan diakui secara nasional.



Nobita pun segera menyadari bahwa kekuatan Diet telah melampaui keinginannya hingga menurunkan biaya bibinya. Ia pun mulai meloloskan segala macam hukum, termasuk meningkatkan tunjangan anak-anak sampai 10 ribu yen (Rp 1,1 juta), mengalihkan makna karakter huruf Tiongkok untuk menyelamatkan harga dirinya karena kesalahan yang memalukan, dan melarang pekerjaan rumah agar bisa menarik Shizuka bermain dengannya.

Akhirnya, Nobita malah menggunakan alat itu terlalu jauh dengan menurunkan harga hingga 90% yang hasilnya membuat semua toko lokal gulung tikar. Marah karena tidak ada barang-barang yang tersisa untuknya, ia pun memutuskan untuk mengeluarkan undang-undang yang hanya menguntungkan dirinya sendiri.



Alhasil, ia pun menulis undang-undang 'Nobita akan memenangkan setiap permainan', 'Mereka yang membodohi Nobita akan dihajar sebanyak seratus kali', dan 'ulang tahun Nobita akan menjadi hari libur nasional'. Ia kemudian mencoba untuk memasukkan seluruh tumpukan RUU ke dalam celah sekaligus dengan mengabaikan protes dari Doraemon.

Alat Diet pun mulai berteriak, "Pemaksaan Suara!" dan meledak dengan suara "Pembubaran!" Dalam sistem parlementer, pihak parlemen dapat memutuskan untuk melakukan pembubaran jika mereka kehilangan kepercayaan terhadap perdana menteri.



Diketahui, episode tersebut menyebabkan kegemparan di antara penonton melalui akun Twitter. Beberapa menganggap hal itu sebagai pesan politik serampangan yang tidak pantas untuk anak-anak. Sementara pihak lain menganggap hal itu sebagai serangan terhadap Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang, yang terkadang memaksakan kehendak hukum melalui Diet.

Hal yang perlu dicatat dari cerita episode tersebut adalah adanya kesamaan dari salah satu kisah Doraemon di era 1980an. Namun pada saat itu, alasan dibatalkannya perjalanan bibi Nobita adalah karena adanya kenaikan tarif kereta api.

Anime Doraemon masih tayang di salah satu televisi Indonesia hingga kini. Manganya juga masih beredar melalui Elex Media Komputindo. Sementara itu film animasi 3D pertama sang robot kucing bertajuk Stand By Me Doraemon, bakal tayang Desember 2014 di Indonesia. (Rul/Adt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya