Raih Piala Maya 2017, Sutradara Turah Ungkap Harapan untuk Tegal

Sutradara film Turah meraih penghargaan Sutradara Berbakat Karya Perdana Terpilih di Piala Maya 2017.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 20 Des 2017, 11:50 WIB
Diterbitkan 20 Des 2017, 11:50 WIB
Turah
Sutradara film Turah meraih penghargaan Sutradara Berbakat Karya Perdana Terpilih di Piala Maya 2017. (Instargam)

Liputan6.com, Jakarta Berkat Turah, nama Wicaksono Wisnu Legowo kini menjadi buah bibir. Berbagai penghargaan menghantarkan namanya di jajaran sutradara muda berbakat.

Setelah penghargaan di Festival Film Tempo dan ASEAN Film Award 2017, kini Wisnu berhasil meraih penghargaan sebagai Sutradara Berbakat Karya Perdana Terpilih Piala Maya 2017 yang digelar pada Sabtu (16/12/2017) di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta Pusat kemarin.

Wisnu menyisihkan nomine lain, yakni Adink Liwutang (The Underdogs), W Purba Negara (Ziarah), Jay Subiakto (Banda The Dark Forgotten Trail), dan Pritagita Arianegara (Salawaku).

Wisnu mengucapkan terima kasih dan berharap apa yang ia peroleh selama ini dapat memotivasi para sineas muda di Tegal. "Mudah-mudahan penghargaan ini membuat perfilman di Tegal pada khususnya semakin bergairah," ucap Wisnu, Selasa, 19 Desember 2017.

 

 

Film Berbahasa Daerah Terpilih

Film Turah
(Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Selain gelar di atas, Turah juga menyabet penghargaan Film Berbahasa Daerah Terpilih di Piala Maya 2017. Tak hanya berbahasa Tegal, film yang terpilih mewakili Indonesia pada ajang Oscar 2018 mendatang ini menceritakan permasalahan warga di sekitar sang sutradara, yang menulis sendiri naskah filmnya.

"Gagasan tentang karakter, juga narasi di film Turah adalah catatan saya atas manusia-manusia yang hidup di sekitar saya, khususnya di Kampung Tirang, Tegal, Jawa Tengah, kota kelahiran saya ini," ucap Wisnu.

Wisnu mengatakan, proses pengambilan film berdurasi 83 menit ini dilakukan selama sembilan hari di Kampung Tirang, Kota Tegal.

 

Perlu Diangkat

Film Turah
(Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Dia merasa perlu mengangkat kampung tersebut karena menjadi potret kesenjangan sosial sebenarnya.

"Kampung yang berada pesisir pantai utara Jawa Tengah ini memang miskin dan tertinggal. Bahkan hingga kini belum teraliri listrik, padahal masuk dalam wilayah administrasi Kota Tegal," ia menambahkan.

Terletak di atas tanah timbul, Kampung Tirang kerap disebut berada di wilayah abu-abu. Namun, setiap menjelang pemilihan umum (pemilu), penduduk sebanyak 15 keluarga ini selalu masuk dalam daftar pemilih. Tidak sedikit warga Tegal sendiri yang tidak tahu keberadaan Kampung Tirang.

“Rasanya saya keliru jika tidak mengangkat kampung yang letaknya hanya tiga kilometer dari kampung tempat tinggal saya,” jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya