Rembulan Tenggelam Di Wajahmu: Pesan Universal, Visual Agak Kelam

Rembulan Tenggelam di Wajahmu salah satu peserta persaingan box office Indonesia di akhir tahun.

oleh Wayan Diananto diperbarui 13 Des 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2019, 10:30 WIB
Poster film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. (Foto: Dok. Max Pictures)
Poster film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. (Foto: Dok. Max Pictures)

Liputan6.com, Jakarta - Rembulan Tenggelam di Wajahmu salah satu peserta persaingan box office Indonesia di akhir tahun. Dibekali naskah dari salah satu novel laris karya Tere Liye, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu tampaknya sudah punya penonton sendiri.

Syuting di Semarang, Jawa Tengah dan menampilkan sejumlah adegan baku hantam, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu merangkul penonton dengan pertanyaan universal tentang mengapa Tuhan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi di hidup kita.

Sebuah persoalan universal yang dirasakan umat beragama mana pun. Persoalan yang dekat dengan penonton ini, salah satu kekuatan Rembulan Tenggelam Di Wajahmu.

Ray dan Pria Berwajah Teduh

Arifin Putra sebagai Ray.
Arifin Putra sebagai Ray. (Foto: Dok. Max Pictures)

Kisahnya dari Ray (Arifin) yang dirawat di bangsal rumah sakit. Kondisi kritis membuatnya nyaris tak punya peluang sembuh. Suatu hari, di kamar rumah sakit, ia kedatangan pria (Cornelius) berwajah teduh. Pria ini memegang tangan Ray. Seketika Ray dibawa menembusi ruang dan waktu. Ray dibawa ke masa kecilnya yang kelam di Semarang.

Kala itu, Ray cilik (Bio One) tinggal di panti asuhan yang dibina Bapak (Egi) yang bengis. Ray tak menyukai pengelola panti asuhan karena kerap mengemplang bantuan untuk anak yatim piatu. Tak tahan dengan penindasan, Ray kabur. Ia menyambung hidup dengan mencopet dan berjudi. Peserta judi yang tak terima mengirim dua pesuruh untuk menghabisi nyawanya.

Beruntung, Ray selamat dan pindah ke rumah singgah Bang Ape (Ariyo). Di sana, Ray berkawan dengan Natan (Teuku), Ilham (Ari), Ouda (Allesandro) dan Oude (Allesandrio). Suatu hari, Ilham jadi korban pengeroyokan oleh oknum berandalan. Ray membalas. Tindakan ini berbuntut panjang. Dalam kondisi terjepit karena dikeroyok berandalan, Ray ditolong Bang Plee (Donny).

 

Disuapi dan Didongengi

Donny Alamsyah dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
Donny Alamsyah dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu. (Foto: Dok. Max Pictures)

Rembulan Tenggelam Di Wajahmu terasa gamblang dari aspek penceritaan. Ray dewasa dan pria berwajah teduh bagaikan dalang yang mengantar penonton menikmati sejumlah segmen kehidupan karakter utama. Segmen dimulai dari pertanyaan Ray yakni, mengapa Tuhan membiarkannya hidup di panti asuhan.

Dari pertanyaan ini, Danial Rifki mengembangkan film ke sejumlah pertanyaan sampingan yang melibatkan sejumlah tokoh. Ini film tentang (maaf) anak bernasib malang yang menilai hidup dari sudut pandang negatif. Pria berwajah teduh menjabarkan dengan rumus sebab akibat. Karena si A melakukan sesuatu kepada si B, maka si B menjadi anu.

Format ini diulang dalam kasus berbeda, dengan waktun dan tempat berbeda. Dari sini pesan berasal. Apa yang kita lakukan punya dampak. Dampak (positif atau negatif) itu, acapkali menimpa hidup orang lain. Penuturan semacam ini menempatkan penonton sebagai anak kesayangan yang disuapi dan didongengi. Nyaris, kita tak perlu berpikir karena adegan demi adegan dihidangkan secara lugas.

Tertawa Dalam Derita

Ariyo Wahab dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu. (Foto: Dok. Max Pictures)
Ariyo Wahab dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu. (Foto: Dok. Max Pictures)

Pun kita tak perlu mencerna mengapa dan mengapa, karena lagI-lagi, pria berwajah teduh menjelaskan dengan detail. Yang tersisa dari pola penuturan ini adalah akting para pemeran pendukung. Di luar dugaan, Yudha Keling mencuri perhatian. Yudha Keling sebagai siapa, Anda bisa saksikan sendiri. Kocak, bukan karena ia pelawak tunggal semata.

Kekocakan interaksinya dengan Bio One, mencairkan suasana dan membuat film lebih berwarna. Mengingat, sejak awal visual film ini menyatu dengan kehidupan Ray yang kelam. Adegan demi adegan Rembulan Tenggelam Di Wajahmu didominasi warna tanah. Agar tak terlalu depresif dan berat, sedikit kelakar di tengah kesedihan memang penting.

Peran Yudha seperti menggenapi ujaran lawaS, "tertawa dalam derita." Kalau sudah tidak tahu harus bagaimana lagi menyikapi hidup yang amburadul, dibawa senyum aja. Diketawain aja. Gitu, deh. Hal lain yang menarik, interaksi Arifin dan Cornelius relatiF stabil.

Absennya Soundtrack Ikonis

Salah satu adegan film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu.
Salah satu adegan film Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. (Foto: Dok. Max Pictures)

Dari awal hingga film berakhir, terasa berjarak karena tak saling kenal. Baru kenal ujug-ujug diajak jalan-jalan melewati beberapa era tentu ada kesan kikuk dan canggung. Namun interaksi keduanya belum bisa dinilai lebih jauh mengingat, kedua tokoh ini belum mekar dengan tuntas. Ada alasan khusus mengapa Rembulan Tenggelam Di Wajahmu diformat demikian.

Ini mengingatkan kita pada fenomena 99 Cahaya Di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Kalau pernah menonton keduanya, tentu paham bagaimana akhir film ini. Catatan lain untuk film ini, absennya lagu tema yang ikonis. Dengan tema yang mudah sekali terhubung ke hati jutaan penonton, soundtrack ear-catchy mutlak dibutuhkan.

Dalam bayangan kami soundtrack dirilis satu atau dua bulan sebelumnya untuk memberi peringatan dini kepada penonton bahwa ada sesuatu yang harus diantisipasi pada pertengahan Desember 2019.  

 

Pemain: Arifin Putra, Bio One, Donny Alamsyah, Cornelio Sunny, Ariyo Wahab, Teuku Rizky, Ari Irham, Yudha Keling

Produser: Ody Mulya Hidayat

Sutradara: Danial Rifki

Penulis: Titien Wattimena

Produksi: Max Pictures

Durasi: 90 menit

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya