3 Film Indonesia Masuk Seleksi Busan International Film Festival 2021

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas; Yuni; dan film pendek Laut Memanggilku berhasil lolos Busan International Film Festival 2021.

oleh Aditia Saputra diperbarui 16 Sep 2021, 10:30 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2021, 10:30 WIB
Adegan film Laut Menanggilku
Adegan film Laut Menanggilku

Liputan6.com, Jakarta Tiga film Indonesia terseleksi berhasil masuk ke Busan International Film Festival (BIFF). Nantinya, tiga film ini akan ditayangkan di BIFF yang digelar di Busan, Korea Selatan pada 6-15 Oktober 2021. Ketiga film itu adalah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas; Yuni; dan film pendek Laut Memanggilku.  

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas adalah sebuah film adaptasi novel Eka Kurniawan yang disutradarai oleh Edwin dan sebelumnya telah berhasil meraih Golden Leopard di Locarno International Film Festival Agustus lalu. Yuni adalah karya sutradara Kamila Andini, dan film ini telah terpilih untuk berkompetisi di Toronto International Film Festival yang diadakan September ini. Kedua film ini terseleksi masuk ke program A Window on Asian Cinema. 

Sementara film pendek Laut Memanggilku adalah besutan Tumpal Tampubolon, yang terseleksi masuk ke kompetisi film pendek di BIFF dalam program Wide Angle. Bagi Laut Memanggilku, BIFF akan menjadi world premiere. 

“Saya selalu mencari-cari alasan untuk bisa kembali ke Busan International Film Festival yang sudah saya anggap sebagai ‘rumah’ untuk saya. Jadi, senang sekali tahun ini Yuni bisa Asian Premiere di Busan,” tutur Ifa Isfansyah, produser dari film Yuni dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (15/9/2021). 

 

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Nostalgia

Adegan film Yuni
Adegan film Yuni

Produser Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas memiliki nostalgia yang sama, “Busan akan selalu menempati tempat yang spesial karena film pertama kami, Babi Buta Yang Ingin Terbang, 2008, sutradara Edwin dan saya sebagai produser, berkompetisi dalam program New Currents, sebuah program kompetisi untuk film pertama dan kedua yang didedikasikan untuk new discovery sutradara-sutradara muda Asia,” tutur Meiske Taurisia.  

Hal senada juga disampaikan oleh Mandy Marahimin, produser film pendek Laut Memanggilku, “Busan International Film Festival adalah sebuah festival film yang secara  konsisten mendukung film-film Asia, dan kami merasa bangga bisa terpilih untuk berkompetisi di sana.” 

Ketiga film ini secara bersama menampilkan kisah manusia Indonesia walau masing-masing menuturkannya dengan latar belakang (dan waktu) yang berbeda. Laut Memanggilku bertutur tentang kerinduan seorang anak kecil, Yuni bicara tentang mimpi dan batasan yang dialami perempuan di Indonesia, sementara Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas bercerita tentang toxic masculinity dan budaya pop. 

“Bisakah saya membuat film yang mendefinisikan ulang dampak dari budaya populer sambil juga mengkritik ide toxic masculinity? Saya selalu mempertanyakan di mana tempat bagi para manusia sensitif di Indonesia, yang mengagungkan machismo dan kerap menggunakan ‘bahasa kekerasan’ sebagai ekspresi kesehariannya,” ujar Edwin sang sutradara.

 

Inspirasi

Adegan film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas
Adegan film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas

Bagi Kamila Andini, “Yuni terinspirasi dari salah satu puisi terkenal karya Sapardi Djoko Damono berjudul ‘Hujan di Bulan Juni’. Hujan yang jatuh di musim yang tidak tepat. Saya membangun karakter Yuni sebagai seorang remaja yang dipaksa untuk dewasa tidak pada waktunya. Seorang remaja yang penuh mimpi, dengan media sosial saat ini yang menunjukkan dunia ada di genggamannya, tetapi yang harus dipikirkannya adalah menghadapi lamaran dan menikah. Saya mendengar begitu banyak cerita tentang gadis remaja yang punya potensi dan prestasi tapi harus gagal karena pernikahan, dan saya merasa perlu untuk membicarakan isu ini.”  

Sementara bagi Tumpal, “Film ini lahir dari rasa kehilangan akan hal-hal sederhana yang telah dirampas dari kita oleh pandemi ini; jabat erat, rangkulan, pelukan, ciuman. Melalui film ini saya memikirkan ulang makna dari sentuhan, bagaimana selama ini sentuhan dari orang-orang dan makhluk hidup lainnya, telah membentuk, merawat, mengobati, dan menemani saya. Saya belajar bahwa saya tidak sendirian,” ujarnya tentang inspirasi dari Laut Memanggilku. 

 

Empat Film

Tahun ini ada empat film Indonesia yang akan diputar di Busan. “Tidak ada yang lebih menyenangkan selain merayakan ini bersama teman-teman pembuat film di Indonesia. Kebahagiaan tersendiri justru di masa krisis ini banyak film Indonesia memperoleh pencapaian yang membanggakan,” ujar Ifa.  

Selain ketiga film ini ada juga film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja yang sebelumnya telah diumumkan terseleksi masuk ke Busan International Film Festival program New Currents. Film Penyalin Cahaya menjadi wakil film Indonesia ketiga yang lolos setelah Edwin (Babi Buta Yang Ingin Terbang) pada 2008 dan Kamila Andini (The Mirror Never Lies) pada 2011 berkompetisi di program yang sama. 

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas diperkirakan akan tayang di bioskop-bioskop di Indonesia pada akhir 2021, sementara Yuni direncanakan akan tayang pada 2022. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya