Resensi Film KKN di Desa Penari: Bukan Horor Pada Umumnya, Babak Akhir Sajikan Dampak Paling Ngeri

Membukukan 315 ribuan penonton pada hari pertama penayangan membuat KKN di Desa Penari menjadi film Lebaran terlaris tahun ini. Berikut resensi filmnya.

oleh Wayan Diananto diperbarui 02 Mei 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2022, 15:30 WIB
Poster KKN di Desa Penari
Poster KKN di Desa Penari

Liputan6.com, Jakarta - Dua kali tunda tayang membuat KKN Di Desa Penari dikhawatirkan banyak orang. Pertama, apakah hype-nya sedahsyat 2019? Mengingat, kisah ini viral lewat sebuah utas di medsos tiga tahun silam lalu dialihwahanakan ke layar lebar oleh produser Manoj Punjabi.

Awi Suryadi, sineas yang membesarkan Danur menjadi jagat sinema dipercaya menahkodai proyek ambisius ini dengan Tissa Biani, Adinda Thomas, dan Achmad Megantara di garis depan.

Mestinya tayang Maret 2020 lalu bergeser ke Februari 2022, akhirnya KKN Di Desa Penari ditanam di libur Lebaran. Keputusan yang tak akan disesali mengingat belum sehari tayang, film ini merangkul lebih dari 200 ribu penonton.

Pencapaian ini melibas dua peserta kompetisi Idulfitri lainnya yakni Kuntilanak 3 dan Gara-gara Warisan. Apa yang bikin KKN di Desa Penari tak kehilangan marwahnya? Berikut review film-nya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Enam Mahasiswa

KKN Di Desa Penari.
Adinda Thomas sebagai Widya dalam KKN Di Desa Penari. (Foto: Dok. MD Pictures)

KKN di Desa Penari mengisahkan Nur (Tissa Biani), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), Widya (Adinda Thomas), dan Ayu (Aghniny Haque). Mereka menempuh kuliah kerja nyata di desa misterius lewat perantara Pak Prabu (Kiki Narendra).

Tugas mereka beragam dari penelitian budidaya jagung hingga memperbaiki perairan yang selama ini jadi pemandian warga. Desa ini belum mengenal listrik. Akses transportasi ribet lantaran harus melewati jembatan dan hutan.

Sebelum KKN dimulai, enam mahasiswa ini diingatkan sejumlah pantangan, dari jaga sikap maupun ucapan hingga dilarang memasuki kawasan yang ditandai gapura mini berikut sesaji. Baru tiba di lokasi, Nur merasakan hal aneh. Pundak kanannya memberat.

Widya mendengar suara gamelan dari arah hutan. Yang paling fatal, terdengar desahan suara Bima dengan seorang perempuan asing dari kamar. Suasana jadi tak terkendali kala Widya yang sedang mandi melihat penari perempuan.

Ritual Minum Kopi

KKN Di Desa Penari
Tissa Biani memakai jilbab sebagai Nur dalam film KKN Di Desa Penari. (Foto: Dok. MD Pictures)

Nur kemudian kesurupan. Anton gemetaran kala mendapati baki berisi sesaji kembang plus foto di kamar rekannya. Sejak itu, kondisi desa menjadi tak baik-baik saja. Pak Prabu meminta bantuan Mbah Buyut (Boneng).

“Diagnosis” sementara berdasar ritual minum kopi memperlihatkan Widya sasaran empuk lelembut desa. Nur sebaliknya, karena ada sosok tak kasat mata yang sejak awal menjaganya. Bagaimana dengan Bima?

Kesan pertama menyaksikan film ini, sinematografi penuh gaya dari high angle, rotasi gambar menuju titik pandang ideal, lanskap “agungnya” Desa Penari, hingga pohon-pohon yang menuntun jalan ke sumber petaka. Dari elemen teknis saja, KKN Di Desa Penari telah memperlihatkan kelasnya.

Terpikat Adinda Thomas

KKN Di Desa Penari.
Salah satu adegan film KKN di Desa Penari. (Foto: Dok. MD Pictures)

Belum lagi tata musik dan suara. Bagi yang menonton di studio bioskop dengan tata suara Dolby Atmos, terasa betul bagaimana music and sound efektif membangun hawa wingit, di samping unsur artistiknya.

Para pemain tampil apik. Pujian patut diberikan kepada Adinda Thomas yang tampil meyakinkan. Ekspresinya merefleksikan sesuatu yang mengintai, asing, dan berbahaya. Sejumlah adegan kritis ia eksekusi secara pas.

Kiki Narendra, Aty Cancer, dan Boneng tampil effortless. Penampilan natural para bintang senior ini memperlihatkan bahwa tokoh yang mereka mainkan benar orang lawas. Sesepuh. Mereka menyimpan rahasia tak terucap yang tersingkap dengan sendirinya.

 

3 Catatan Kritis

KKN Di Desa Penari
Aghniny Haque sebagai Ayu dalam KKN Di Desa Penari. (Foto: Dok. MD Pictures)

KKN di Desa Penari bukan horor kebanyakan yang menempatkan hantu sebagai serial killer dan manusia punya hak jejeritan sehebohnya sebelum cerita berakhir. Tema besarnya, “legenda” dari daerah yang dikonfirmasi layaknya kasus kriminal.

Ada saksi, korban, saksi ahli, TKP, barang bukti, dan tersangka. Misteri disibak lewat sejumlah klu. Efek ngeri bukan dari penampakan plus suara gedombrangan melainkan akibat-akibat fatal. Awi Suryadi menggiring cerita ke babak akhir yang menampilkan akibat paling ngeri.

KKN Di Desa Penari menyisakan sejumlah catatan. Pertama, bahasa Jawa yang digunakan broken alias gado-gado. Misalnya, nyelokoi (mencelakai) semestinya nyilakani. Kata kelakuane bisa dikoreksi menjadi solahbawane atau tumindake. Laopo kamu seharusnya laopo kon, atau laopo kowe.

Kedua, latar belakang karakter terasa samar. Ini berdampak pada pengembangan karakter secara keseluruhan. Ketiga, dampak dari samarnya latar belakang tokoh membuat babak kedua terasa agak melelahkan. Untung dibayar dengan babak ketiga yang mendebarkan.

Membangun Euforia

KKN Di Desa Penari
Salah satu adegan film KKN di Desa Penari. (Foto: Dok. MD Pictures)

Setiap film punya plus minus, begitu pula KKN Di Desa Penari. Meski demikian, kita patut mengapresiasi mereka yang di depan maupun belakang layar film ini. Tunda tayang dua kali jelas berdampak besar pada euforia dan kekhawatiran hilangnya momen.

Ajaibnya, film ini tak kehilangan momen. Para kreator membangun momen sendiri salah satunya lewat dua versi: Cut dan Uncut. Jelas versi Uncut lebih bikin penasaran karena film ini menempatkan diri sebagai horor dewasa. Genre horor saja sudah masuk kategori dewasa.

LSF biasanya melabeli genre ini 17 tahun ke atas. KKN di Desa Penari berani ambil risiko membuat dua versi untuk penonton. Ini memantik euforia. Terbukti, Sabtu (30/4/2022) kata uncut trending di Twitter melampaui kata KKN di Desa Penari itu sendiri.

315 Ribuan Penonton, Selamat!

KKN Di Desa Penari
Achmad Megantara sebagai Bima dalam KKN Di Desa Penari. (Foto: Dok. MD Pictures)

Belum lagi libur Lebaran kali ini, level PPKM makin longgar. Mudik diizinkan. Kepercayaan orang terhadap bioskop membaik. Terakhir, yang membuat film ini tak kehilangan euforia adalah kedekatan cerita terhadap masyarakat Indonesia.

Salah satu yang membuat saya dekat dengan film ini adalah sosok yang dipanggil Mbah Dok. Mbah Dok di Jawa merujuk pada kata Mbah Wedok atau eyang putri. Anda bisa tonton sendiri di bioskop siapa dia.

Pada hari pertama penayangan, KKN Di Desa Penari merangkul 315 ribuan penonton. Tertinggi ketiga dalam sejarah sinema. Inilah kemenangan bagi KKN Di Desa Penari. Ralat. Ini kemenangan bagi film Indonesia. Selamat!

 

 

 

Pemain: Tissa Biani, Achmad Megantara, Adinda Thomas, Kiki Narendra, Calvin Jeremy, Fajar Nugraha

Produser: Manoj Punjabi

Sutradara: Awi Suryadi

Penulis: Lele Laila, Gerald Mahamit

Produksi: MD Pictures, PicHouse Films

Durasi: 128 menit

 

infografis perfilman indonesia
Infografis.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya