Wayang Orang, Komik dan Film Dipadu dalam Pagelaran Wayang Rasa Rupa Bhisma

Pertunjukan Wayang Lintas Media Rasa Rupa Bhisma pun digelar oleh Triardhika Production dan Wayang Kautaman, dalam rangka mengisi program Teater Wayang Indonesia (TWI).

oleh Hernowo Anggie diperbarui 22 Agu 2022, 12:45 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2022, 05:15 WIB
Wayang Lintas Media Rasa Rupa Bhisma digelar oleh Triardhika Production dan Wayang Kautaman
Pertunjukan Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma” digelar oleh Triardhika Production dan Wayang Kautaman, dalam rangka mengisi program Teater Wayang Indonesia (TWI) di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta Timur, Minggu (21/8/2022). (Foto: Dok. IST/Triardhika Production/Wayang Kautaman)

Liputan6.com, Jakarta Kesenian wayang orang pada masa sekarang perlu digarap dengan gairah milenial. Pasalnya, para penggiat seni pertunjukan, khususnya wayang orang, harus terus menciptakan kesenian adiluhung ini menjadi bentuk yang senapas dengan kondisi zaman. 

Pertunjukan Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma” pun digelar oleh Triardhika Production dan Wayang Kautaman, dalam rangka mengisi program Teater Wayang Indonesia (TWI).

Pagelaran ini disutradarai Nanang Hape dan Agus Prasetyo. Bertindak sebagai Produser Eny Sulistyowati SPd, SE, MM, dan Ir. Retno Irawati.

“Aktualisasi dari segi cerita dan penggarapan diharapkan dapat membantu cara pandang khalayak dalam memahami makna yang terkandung dalam sebuah pertunjukan wayang,” ujar Eny Sulistyowati SPd, SE, MM, Produser Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma” di Teater Kautaman Gedung Pewayangan Kautaman TMII Jakarta Timur, Minggu (21/8/2022).

Didukung aktor dan aktris panggung, antara lain; Djarot B. Darsono, Agus Prasetyo, Ali Marsudi, Woro Mustiko Siwi, dan puluhan pemain wayang orang lainnya.

Penampilan khusus mewakili generasi milenial tampil seorang seniman remaja, Fina Augustine Ardhika Putri, membawakan lagu "Amba Bhisma." Mengiringi dua penari ballet yang juga generasi milenial, Dhea Seto, dan Bobbi Ari Setiawan.

Penata Artistik Sugeng Yeah, Direktur Fotografi Tunggal Aji SP, Karawitan Dedek Wahyudi, Penata Komik Johari A. Mawardi, Tata Rias & Kostum Dhestian W. Setiaji, Penata Cahaya Herry W. Nugroho, Tata Suara Purwoaji, Pelatih Tari Sri Wardoyo, Multi Media Prabudi Hatma Samarta.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menyesuaikan

 

Dari segi penggarapan (carangan), lanjut Eny, seni wayang dapat menyesuaikan diri. Namun secara klasik karya seni ini diharapkan tidak kehilangan makna orisinalitasnya.

“Wayang harus beradaptasi dengan budaya pop, dengan berbagai kecanggihan multi media jaman milenial,” tegas Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) ini menambahkan.

Ir. Retno Irawati, yang biasa dipanggil Ira Surono, juga produser di pergelaran ini menyampaikan, pertunjukan ini adalah bagian dari upaya memperkaya nilai-nilai estetika secara visual maupun audio. Diharapkan generasi muda semakin semangat menekuni dan mendalami nilai-nilai seni budayanya, khususnya wayang.

“Dengan harapan pementasan ini menjadi lebih dinamis, hidup, dan eksploratif. Dapat berkomunikasi secara maksimal dengan publik penggemarnya, khususnya generasi muda milenial agar lebih mencintai kesenian wayang,” ujar Retno Irawati.

 

Inovasi dan Kreasi Wayang

Menurut Nanang Hape, selaku sutradara pergelaran ini, perubahan kesenian selaras dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Inovasi dan kreasi wayang diperlukan agar ada regenerasi penonton, khususnya generasi muda.

“Selama ini generasi muda berjarak dengan wayang disebabkan bahasa yang digunakan dinilai rumit dan sulit dipahami. Wayang seolah-olah hanya sebagai tontonan masa lalu,” ujar Nanang.

Oleh karena itu, menurutnya perlu memunculkan karya yang memberi nafas baru tanpa merusak nilai-nilai wayang. Salah satunya melalui konsep pertunjukan yang memadukan wayang orang, komik dan film dalam satu panggung ini.

“Melalui upaya ini kita harapkan terjadi regenerasi penonton dalam pengetahuan yang tuntas. Bukan menyukai wayang karena bentuknya, tapi sekaligus memahami ceritanya. Memahami substansi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” harap Nanang.

Aktor wayang Agus Prasetyo, yang juga bertindak sebagai sutradara dalam pertunjukan ini menyampaikan, kesenian wayang sebagai kekayaan budaya menghadapi tantangan. Kendati berbagai inovasi wayang dilakukan oleh para seniman, namun belum mampu menarik generasi muda terhadap wayang secara optimal.

“Dengan format lintas media kita harapkan pertunjukan ini dapat menjembatani, anak muda yang kurang faham wayang. Di masa depan kita berharap anak-anak remaja dapat lebih menyukai kesenian wayang. Bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarat kandungan nilai-nilai,” ujar Agus.

 

Kepahlawanan dan Kesetiaan Bhisma

Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma,” menceritakan tentang kepahlawanan dan kesetiaan Bhisma menjaga negeri tercintanya. Bahwa pengorbanan hidup yang ia berikan tidak serta-merta menjadi tonggak ketenteraman dan kedamaian di Negeri Hastina. Tak urung Bharatayudha pun terjadi.

Pergelaran Wayang Lintas Media Rasa Rupa “Bhisma,” juga dianugerahkan sebagai hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan RI Ke-77. Sekaligus mangayubagyo HUT Ke-47 Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI) sebagai organisasi pewayangan garda terdepan yang senantiasa setia menjaga, melestarikan, dan mengembangkan wayang Indonesia.

Juga merupakan perjuangan segenap lapisan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita luhur, yaitu; menjadikan Indonesia sebagai “Rumah Wayang Dunia.”

Pergelaran ini didukung SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) sebagai Induk Organisasi Panitia Tetap TWI (Teater Wayang Indonesia), Gedung Pewayangan Kautaman, dan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia).

Infografis Wayang Potehi
Wayang Potehi menjadi salah satu warusan seni budaya Tionghoa - Jawa
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya