Webinar Festival Film Wartawan Indonesia XII Bahas Tema Nasionalisme dan Film

Dahulu, nasionalisme dianggap berat dan sulit diterjemahkan dalam cerita dan gambar.

oleh Hernowo Anggie diperbarui 18 Sep 2022, 10:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2022, 10:30 WIB
Segera Tayang, Ini 7 Potret Nicholas Saputra dan Pemain Film Sayap-Sayap Patah
Nicholas Saputra dan para pemain film Sayap Sayap Patah (Sumber: Instagram/sayapsayappatahfilm)

Liputan6.com, Jakarta - Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) ke XII menggelar webinar bertajuk Nasionalisme dan Film pada 16 September 2022. 

Dalam acara itu, FFWI membahas keberhasilan film Sayap Sayap Patah dalam meraih dua juta penonton. Film Sayap Sayap Patah mengangkat kisah drama fiksi, berdasarkan peristiwa kerusuhan di Mako Brimob pada 2018, dan menewaskan 5 anggota Densus 88.

Denny Siregar yang duduk sebagai eksekutif produser film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Ariel Tatum sama sekali tak menyangka film bertema nasionalisme garapannya bisa mendulang banyak penonton.

"Orang berpikir film ini akan flop di awal," kata Denny Siregar saat membahas film garapannya di webinar FFWI XII. 

 

 

Kasus Ferdy Sambo

Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) ke XII menggelar webinar bertajuk Nasionalisme dan Film
Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) ke XII menggelar webinar bertajuk Nasionalisme dan Film

Denny Siregar juga menghadapi jadwal tayang film garapannya di tengah heboh kasus Ferdy Sambo. "Mendadak kasus itu (Ferdy Sambo) meledak," dia menambahkan.

Perkiraan banyak orang, kata Denny Siregar, terkait jumlah penonton filmnya dirasa itu hampir betul. “Karena di hari pertama ditayangkan Sayap-Sayap Patah hanya ditonton 14.000 orang, kemudian naik secara perlahan ke angka 46.000 dan selanjutnya bergerak sampai 2 juta lebih,” ungkap Denny Siregar.

 

Drama yang Sangat Menghibur

Poster film Sayap-sayap Patah. (Foto: Dok. Maxima Pictures/ IMDb)
Poster film Sayap-sayap Patah. (Foto: Dok. Maxima Pictures/ IMDb)

Sayap-Sayap Patah adalah film drama yang sangat entertaint, tapi tidak meninggalkan sisi cinta pada negara.

“Ada kisah polisi yang kalah, bahkan ada korban di Mako Brimob," kata Denny Siergar yang muncul sebagai pembicara dalam Webinar FFWI ini bersama Zinggara Hidayat, penulis buku Jejak Usmar Ismail, dengan moderator wartawan senior, Rita Sri Hastuti

 

Nasionalisme Sulit Diterjemahkan

Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) ke XII
Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) ke XII

Edi Suwardi Ketua Tim Pokja Alif Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Kemendikbud Ristek RI yang mendukung acara ini, dalam sambutannya menyebut, di zaman dulu, kata nasionalisme dianggap berat dan sulit diterjemahkan dalam cerita dan gambar.

“Ada kesan, kata itu akan memunculkan karya serius, cenderung kaku dan tidak bakalan laku untuk dinikmati penonton,” ujar Edi. Sebagai sebuah seni, lanjut Edi, kita tahu film tidak hanya digunakan sebagai tontonan.

“Fungsi dan esensi film telah berkembang menjadi media seni yang mampu mentransformasi nilai-nilai kemanusiaan, religi, pendidikan, hingga tentang nasionalisme yang bisa menjadi tuntunan, sekaligus menjadi tontonan yang laku untuk dinikmati penonton," dia mengulas.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya