Liputan6.com, Jakarta Rumah produksi Batavia Pictures bakal meluncurkan beberapa film animasi lagi. Setelah sukses dengan film animasi Riki Rhino, kali ini mereka akan menyiapkan karya baru berjudul Garuda Eleven.
Garuda Eleven merupakan sebuah film animasi yang menceritakan tentang persepakbolaan di Indonesia. Berita baik ini disampaikan Sweta Kartika selaku Script Writer dan ide cerita Batavia Pictures.
"Film animasi ini mengisahkan tentang para remaja yang berjuang mempertahankan nasib football academy mereka yang bernama Praja Garuda Kencana," kata Sweta Kartika di acara Indonesia Comic Con 2022 di JCC, Jakarta, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Â
Riset
Menurut Sweta Kartika, latar belakang pembuatan animasi Garuda Eleven berangkat dari sebuah keresahan atas pupusnya winning spirit klub-klub sepakbola nasional di kancah internasional.
"Kami riset dahulu untuk membuat animasi ini dan sudah kami rencanakan menjadi animasi 3 dimensi," kata Sweta Kartika.
Â
Advertisement
Berbeda
Sudah ada memang beberapa film animasi yang bertemakan tentang sepak bola. Namun Sweta Kartika memastikan Garuda Eleven akan menyuguhkan hal yang berbeda.
"Tadinya mau fantasy seperti Captain Tsubasa di mana bola melambat dan melayang di udara, tapi kurang cocok. Kami akan sesuaikan dengan webtoonnya," kata Sweta Kartika.
Â
Dirilis Bertepatan Piala Dunia U-23
Rencananya film animasi Garuda Eleven akan diluncurkan bertepatan dengan piala dunia u-23 yang akan berlangsung pada 2024 mendatang.
"Rencananya rilis bertepatan dengan piala dunia u-23," kata Sweta Kartika.
Â
Advertisement
Jalan Cerita
Garuda Eleven berkisah tentang sebuah football academy Praja Garuda Kencana dalam merekrut dan membiayai pelatihan anak-anak remaja berbakat dari seluruh pelosok Indonesia untuk dilatih menjadi pemain bola andal, yang tak hanya unggul dalam skill tapi mulia dalam ber-attitude.
Namun, menyatukan ego anak-anak remaja itu sangatlah sulit. Galang (32), sang coach muda yang juga merupakan anak dari pemilik football academy tempat siswa Garuda Eleven digembleng, harus berjuang melawan egonya sendiri saat anak didik terbaiknya, Riga (14) si anak kota terus-terusan ribut dengan Cecep (14) si anak kampung.
Belum lagi membangkitkan kepercayaan diri anak-anak dari pelosok, seperti Aru dari Maluku dan Hao dari Nias, yang juga tak kalah menantang. Namun, sesulit apa pun, Galang ingin membuktikan bahwa hanya dengan memberi kesempatan bagi anak-anak pelosok inilah mimpinya mewujudkan klub berkualitas dan berprestasi secara internasional bisa terwujud.