Di balik sifat tegarnya, namun DJ Irene punya lembaran hidup yang cukup getir. Bagaimana tidak, di usia yang relatif muda, 25 tahun, Irene memilih untuk tinggal sendiri. Keputusan ini diambil lantaran tak kuat dengan gunjingan miring orang-orang di sekitarnya. Maklum, Irene merupakan anak yang diadopsi sejak kecil oleh seorang WNA asal Cina.
"Jadi masalah aku hidup sendiri, aku mau mandiri sih. Tahun 2009 aku pengin keluar dari rumah, ada gonjang-ganjing. Ada kesirikan orang dari pihak keluarga, dibilangnya aku di rumah cuma mau harta mami atau bikin repot saja. Aku capek, aku nggak tahan," kata DJ Irene membuka cerita kepada Liputan6.com di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, Senin (23/12/2013).
"Mami aku ini yang membesarkan aku selama ini, dia orangtua angkat aku. Karena aku dari kecil sudah diadopsi, dari muka saja beda," ia melanjutkan.
Keputusan itu diambilnya bukan tanpa resiko. Pergi meninggalkan rumah, Irene hanya bermodalkan sebuah handphone dan juga notebook. Bahkan, cewek yang hobi berenang ini terpaksa menjual notebooknya untuk menjalankan hidup sebatang kara.
Banyak perubahan ya, kesepian. Waktu keluar rumah aku cuma bermodal handphone dan notebook. Bingung ini itu aku gadaikan laptop, buat modal belajar DJ. Akhirnya, sampai aku bisa punya usaha ini, pertama kali main crowd suka sama permainan musik aku, di situ aku dikontrak untuk main," ujar dara kelahiran 23 November 1988.
Kini, di saat karier yang dirintisnya cukup baik, Irene pun merasa sudah dapat membuktikan kepada orangtua angkatnya terdahulu bahwa ia telah berhasil hidup mandiri. Irene juga punya sebuah pesan untuk ibu angkatnya terdahulu.
"Buat mami aku Carolina Lukman, terima kasih banget sudah selalu support aku, benar-benar ceburin aku dengan kasih sayang. Kalau nggak ada mami aku sudah busung lapar banget kali ya, nggak ada yang mau mengurus," ungkapnya.
"Aku nggak bisa kasih mama seperti apa yang mama kasih ke aku. Tapi aku bisa jaga diri ikuti pesan mama untuk nggak narkoba, bisa merusak pandangan DJ itu nggak harys negatif," tutur pemilik nama Irene Indri Subianto ini. (fei)
"Jadi masalah aku hidup sendiri, aku mau mandiri sih. Tahun 2009 aku pengin keluar dari rumah, ada gonjang-ganjing. Ada kesirikan orang dari pihak keluarga, dibilangnya aku di rumah cuma mau harta mami atau bikin repot saja. Aku capek, aku nggak tahan," kata DJ Irene membuka cerita kepada Liputan6.com di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, Senin (23/12/2013).
"Mami aku ini yang membesarkan aku selama ini, dia orangtua angkat aku. Karena aku dari kecil sudah diadopsi, dari muka saja beda," ia melanjutkan.
Keputusan itu diambilnya bukan tanpa resiko. Pergi meninggalkan rumah, Irene hanya bermodalkan sebuah handphone dan juga notebook. Bahkan, cewek yang hobi berenang ini terpaksa menjual notebooknya untuk menjalankan hidup sebatang kara.
Banyak perubahan ya, kesepian. Waktu keluar rumah aku cuma bermodal handphone dan notebook. Bingung ini itu aku gadaikan laptop, buat modal belajar DJ. Akhirnya, sampai aku bisa punya usaha ini, pertama kali main crowd suka sama permainan musik aku, di situ aku dikontrak untuk main," ujar dara kelahiran 23 November 1988.
Kini, di saat karier yang dirintisnya cukup baik, Irene pun merasa sudah dapat membuktikan kepada orangtua angkatnya terdahulu bahwa ia telah berhasil hidup mandiri. Irene juga punya sebuah pesan untuk ibu angkatnya terdahulu.
"Buat mami aku Carolina Lukman, terima kasih banget sudah selalu support aku, benar-benar ceburin aku dengan kasih sayang. Kalau nggak ada mami aku sudah busung lapar banget kali ya, nggak ada yang mau mengurus," ungkapnya.
"Aku nggak bisa kasih mama seperti apa yang mama kasih ke aku. Tapi aku bisa jaga diri ikuti pesan mama untuk nggak narkoba, bisa merusak pandangan DJ itu nggak harys negatif," tutur pemilik nama Irene Indri Subianto ini. (fei)