Liputan6.com, Surabaya - Pengamat komunikasi politik asal Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo menilai sejumlah kandidat yang mengemuka namanya sebagai calon wali kota Surabaya masih belum memunculkan visi.
"Yang terjadi saat ini, justru kandidat baru muncul dengan identitasnya dan sama sekali belum dengan visinya," ujar dia, seperti dilansir Antara, Selasa (30/7/2019).
Dia menuturkan, jika kandidat wali kota Surabaya mempunyai visi yang terkonsep sesuai ekspektasi dan kebutuhan publik maka akan terdongkrak popularitasnya. Suko mengharapkan, kandidat mulai membuka gagasan yang bakal dikerjakan jika nantinya terpilih, sebab selama ini publik hanya jadi ajang perkenalan dan bukan diajak berdialektika.
Advertisement
"Jadi, hampir tak ada proses komunikasi politik antara kandidat dan publik," ucap dosen Fisip Unair tersebut.
Baca Juga
Padahal, kata dia, komunikasi politik memerlukan ide berupa visi dan kandidat yang tak mampu mengelolanya bakal tidak mendapat dukungan dari publik.
Dengan demikian, lanjut dia, pewacanaan calon orang nomor satu di Pemkot Surabaya yang mengemuka saat ini masih jauh dari wacana publik karena kandidat lebih menonjolkan personalitasnya. Ia mengatakan, agar gaung kandidat bersambut dan mendapat dukungan publik maka harus memiliki konsep realistis, semisal menawarkan konsep transportasi publik, perbaikan kampung maupun lainnya.
"Itulah kenapa survei departemen statistik yang dipublikasikan media massa beberapa waktu lalu menemukan bahwa 95 persen responden belum memiliki pilihan," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Wali Kota Surabaya Penerus Risma Harus Perhatikan Hal Ini
Sebelumnya, Rektor Universitas Airlangga, Muhammad Nasih membeberkan kriteria ideal Wali Kota Surabaya penerus Tri Rismaharini (Risma).
Nasih menuturkan, seorang pemimpin harus orang yang visioner dan rendah hati untuk mengelola kota besar seperti Surabaya. Visioner dan kerendahan hati menjadi dua hal penting untuk Surabaya ke depan.
"Siapa orangnya, wallahualam," ujar Nasih, seperti dikutip dari suarasurabaya.net, ditulis Senin, 29 Juli 2019.Â
Nasih menilai, aspek kesejahteraan yang masih akan menjadi tanggung jawab utama wali kota penerus Risma. Dia menuturkan, seluruh pengelola negara di tingkatan manapun memiliki PR serupa.
"Supaya rasa keadilan bisa tercipta, dengan mengurangi jumlah yang masuk kategori miskin. Bukan menghilangkan. Di Surabaya ini, saya yakin bu Risma pasti tahu bahwa masih ada yang masuk kategori miskin. Terutama di pinggiran. Jumlahnya masih cukup signifikan," ujar dia.
Dia menuturkan, kesejahteraan bisa dicapai dengan memperhatikan faktor kemisikinan, pendidikan, dan kesehatan. Tiga hal itu harus mendapat perhatian dari wali kota Surabaya yang akan menggantikan Risma pada 2020.
Ia mengatakan, ini adalah tugas berat yang tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat sehingga, perlu mendapat perhatian lebih serius ke depannya.
Nasih pun menegaskan, perguruan tinggi tidak ikut serta dalam kontestasi politik. Kriteria yang dia sebutkan adalah harapan dari dunia akademis. Setidaknya sebagai gambaran nilai yang harus dimiliki seorang pemimpin di ibu kota provinsi Jawa Timur ini.
Â
Advertisement