6 Fakta Menarik Tari Glipang, Tarian Tradisional Khas Probolinggo

Tari Glipang merupakan hasil perpaduan antara budaya Islam dan Jawa di Probolinggo, Jawa Timur.

oleh Dyah Mulyaningtyas diperbarui 17 Sep 2019, 10:10 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 10:10 WIB
6 Fakta Menarik Tari Glipang, Tarian Tradisional Khas Probolinggo
Tari Glipang (Times Indonesia/Dicko W)

Liputan6.com, Jakarta Tari Glipang merupakan tarian tradisional khas Probolinggo, Jawa Timur. Tarian ini menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat saat masa penjajahan.

Tari Glipang memiliki gerakan yang memadukan beberapa tari seperti gerakan pada tarian Topeng Ghetak Madura, Rudhat, Seni Hadrah, samman dan pencak silat. Menurut beberapa sumber, Tari Glipang diciptakan oleh seorang pemuda asal Madura bernama Seno Truno yang datang dan tinggal di Desa Pendil, Kabupaten Probolinggo.

Seno Truno sebelumnya bekerja sebagai mandor di sebuah pabrik gula milik Kolonial Belanda di Probolinggo. Namun, karena ia diperlakukan sewenang-wenang oleh Kolonial Belanda, Seno memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.

Kemudian ia menciptakan sebuah tarian tradisional sebagai bentuk perlawanannya terhadap Kolonial Belanda. Tarian itu diberi nama Tari Glipang, lalu kesenian ini diturunkan dari generasi ke generasi sehingga menjadi sebuah tradisi.

Hingga kini Tari Glipang sering dipentaskan di berbagai acara seperti resepsi, hajatan hingga acara-acara besar. Penasaran seperti apa menariknya Tari Glipang. Berikut fakta-fakta menarik Tari Glipang yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Perpaduan budaya Jawa dan Islam.

Perpaduan budaya Jawa dan Islam.
Tari Glipang (Sumber: probolinggokab.go.id)

Tari Glipang merupakan perpaduan antara budaya Jawa dan Islam. Hal tersebut terlihat dari gerakan tarian khas Jawa yang juga mengandung unsur islami.

Saat pertama kali diperkenalkan, Tari Glipang kurang mendapat sambutan dari masyarakat Pendil yakni masyarakat muslim yang taat dan menganggap gamelan adalah alat musik yang dilarang.

Melihat situasi tersebut, Seno Truno berinisiatif memasukkan unsur budaya Islam dalam tarian ini. Usahanya berbuah manis, akhirnya Tari Glipang dapat diterima dan menjadi sebuah tradisi.

2. Ditarikan secara berkelompok.

Ditarikan secara berkelompok.
Tari Glipang (Sumber: probolinggokab.go.id)

Tari Glipang ditarikan secara berkelompok antara laki-laki atau perempuan. Tarian tradisional ini ditarikan dengan formasi yang estetik serta dibutuhkan kekompakan yang tinggi.

3. Pertunjukan Tari Glipang terbagi menjadi 3 bagian

Dalam pementasannya, Tari Glipang dibagi menjadi 3 bagian, tarian pertama disebut dengan Tari Kiprah. Tari Kiprah merupakan tari olah keprajuritan yang digunakan untuk membuka pertunjukan.

Tari kedua disebut Tari Papakan, yaitu tarian yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Tarian ini menggambarkan kehidupan percintaan Dhamarwulan.

Tarian yang ketiga disebut dengan Tari Baris, tarian ini dilakukan oleh laki-laki dan menggambarkan tentang prajurit Majapahit.

4. Musik Pengiringnya Juga Disebut Musik Glipang

Pementasan Tari Glipang diiringi oleh permainan musik yang disebut dengan musik Glipang. Gerakan penari akan mengikuti alunan musik Glipang ini dengan dinamis dan indah. Alat musik yang digunakan adalah ketipung besar, jedhor, kecrek dan alat musik terbangan.

Selain alat musik pengiring, Tari Glipang juga dilengkapi dengan vokal atau penyanyi. Lagu yang biasa dinyanyikan untuk mengiringi Tari Glipang adalah Lagu Ayawaro sebagai pembuka.

5. Tari Glipang juga ada di Lumajang

Meski Tari Glipang merupakan tari khas Probolinggo, ternyata tarian serupa juga ada di Lumajang. Hal ini diperkirakan karena wilayah utara Lumajang berbatasan langsung dengan Probolinggo. Sehingga kesenian serupa di Lumajang merupakan penyebaran Tari Glipang dari Probolinggo.

6. Tari Glipang emiliki semboyan yang mewakili watak orang Madura.

Tari Glipang emiliki semboyan yang mewakili watak orang Madura.
Tari Glipang

Tari Glipang memiliki semboyan yang berkata “etembeng poteh matah, mongok potiah tulang” yang berarti daripada putih mata, lebih baik putih tulang. Semboyan tersebut mewakili watak orang Madura yang memegang teguh harga diri, pantang menyerah meski harus bertaruh nyawa.

Semboyan itu tergambar jelas dalam tarian Glipang. Tarian ini sebagai tarian olah nafas yang melambangkan ketidakpuasan rakyat pada penjajah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya