Antisipasi Musim Hujan, Pemkab Sidoarjo Terjunkan Tenaga Jemantik

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Syaf Satriawarman meminta masyarakat untuk menguras, menutup dan juga mengubur benda-benda yang bisa menampung air untuk antisipasi penyakit DBD.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2019, 16:00 WIB
Nyamuk
Ilustrasi Foto Nyamuk (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, mengerahkan tenaga juru pemantau jentik (jumantik) menyusul akan datangnya musim hujan di wilayah kabupaten setempat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Syaf Satriawarman menuturkan, tenaga jumantik itu posisinya berada di masing-masing desa sehingga mudah untuk memantau jentik nyamuk.

"Selain itu, kami juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya penyakit demam berdarah," ujar dia, mengutip laman Antara, Rabu, 30 Oktober 2019.

Dia juga meminta masyarakat untuk menguras, menutup dan juga mengubur benda-benda yang bisa menampung air. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya penyakit demam berdarah.

"Karena pada dasarnya nyamuk demam berdarah itu lebih suka genangan air yang bersih untuk berkembang biak," ujar dia.

Ia mengatakan, kalaupun satu saja ditemukan jentik nyamuk, itu artinya di tempat tersebut sangat cocok bagi perkembanganbiakan nyamuk demam berdarah.

"Ini yang harus diantisipasi, terlebih lagi di Kabupaten Sidoarjo akan memasuki musim hujan, seperti halnya daerah lain di Jawa Timur," tutur dia.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Juanda di Sidoarjo Jawa Timur menyatakan jika saat ini sebagaian daerah di Provinsi Jawa Timur sudah memasuki masa peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.

Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto di Sidoarjo, menuturkan saat ini memang masih akhir dari fase musim kemarau.

"Namun demikian, sebagian daerah di Jawa Timur sudah memasuki masa peralihan musim. Ini sesuai dengan prediksi musim," tutur dia.

Ia mengatakan, pada saat peralihan musim seperti ini ada beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat terkait dengan hal itu. "Di antaranya adalah potwnsincuava ekstrim seperti hujan sesaat, petir angin kencang," kata dia.

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Waspadai DBD Tahap Ini

Nyamuk
Ilustrasi Foto Nyamuk (iStockphoto)

Sebelumnya, Demam berdarah dengue (DBD) memiliki tahapan diagnosis yang berbeda-beda. Dalam sebuah kesempatan, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Anung Sugihantono menjelaskan mengenai hal tersebut.

"Sebenarnya, demam berdarah itu ada yang di tahapan klinis, panas, ada sedikit-sedikit tanda pendarahan, kemudian trombosit menurun, dan hematokrit meningkat," kata Anung saat melaporkan kasus dan jumlah orang yang meninggal karena DBD di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Kuningan, pada Senin, 4 Februari 2019.

Pada Senin, 28 Januari 2019, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dr Adi Laksono melaporkan, dari 12 nyawa yang melayang karena DBD, beberapa diantaranya didiagnosis dengan DSS (dengue shock syndrome).

Menurut Adi, DSS merupakan demam berdarah kategori 'mengerikan' karena telat penanganan yang bisa berujung kematian.

Menanggapi hal tersebut, Anung mengatakan bahwa DSS itu merupakan kondisi dari demam berdarah yang sudah masuk ke dalam tahapan syok.

"Tapi kalau sudah sampai syok itu berarti ada gangguan dari sirkulasi atau homeostatis dari dalam tubuh pasien," katanya kepada Health Liputan6.com di kesempatan yang sama.

Meskipun Kepala Dinas Kediri melaporkan adanya kasus DSS di sana, tapi sejauh ini menurut Anung untuk kasus DSS yang masuk ke rumah sakit tidak lebih dari 10 persen.

"Ini yang kita jaga. Karena kalau sudah DSS, angka kemungkinan hidupnya rendah," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya