Mojokerto Punya Patung Buddha Tidur Terbesar Ketiga di Dunia

Siapa sangka jika Mojokerto mempunyai Patung Buddha Tidur salah satu yang terbesar di dunia? Simak rangkuman berikut.

oleh Liputan Enam diperbarui 05 Feb 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 04:00 WIB
Ilustrasi Patung Budha
Ilustrasi Patung Budha (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Mojokerto, Jawa Timur salah kota yang terkenal  pesona di sektor pariwisatanya. Ada sejumlah tempat wisata di Mojokerto yang berhubungan dengan relief, landmark, dan penemuan-penemuan bersejarah.

Bahkan, terdapat banyak tempat yang unik dan menarik untuk didatangi di Mojokerto, salah satunya adalah patung Buddha tidur yang kabarnya merupakan yang terbesar ketiga di dunia.

Mengutip dari diparpora.mojokerto.go.id, Patung Buddha tidur ini berada di dalam area Maha Vihara Mojopahit. Patung ini terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Maha Vihara Mojopahit merupakan Buddhist Centre dan dibayangi oleh Prabu Majapahit dengan bangunan khas Jawa.

Patung Buddha Tidur yang ada di Mojokerto ini merupakan yang terbesar di Indonesia dengan panjang 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4,5 meter. Rupang ini bahkan mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia).

Tak hanya itu, Patung Buddha Tidur di Mojokerto ini menjadi yang terbesar ketiga di dunia setelah Thailand dan Nepal. Di bawah rupang ini terdapat relief-relief yang menggambarkan kehidupan saat Buddha Gotama, hukum Karmaphala, dan hukum Tumimbal muncul. Di sekitar rupang ini terdapat kolam yang mengelilinginya. Patung Buddha Tidur ini banyak dikunjungi oleh wisatawan. Banyak pengunjung berswafoto dengan rupang menjadi latar belakangnya.

Selain Patung Buddha Tidur, Maha Vihara Mojopahit ini juga menarik untuk dikunjungi. Bangunan khas Jawa dengan atap joglo dan dinding dari relief batu pahat menjadikannya kental dengan beragam budaya.

Terdapat ruang yang terbuat dari batu pahat dengan tiga altar pemujaan, yaitu untuk mazhab Hinayana, Mahayana, dan Tantrayana (Buddha Sakyamuni, Avalokitesvara Kwan Se Im Pho Sat, Dewi Tara) dalam satu Bhaktisala.

Ada juga altar Maha Brahma She Mien Fuk di belakang Bhaktisala. Di altar Maha Brahma ini tempat untuk memperingati Ulang Tahun Maha Brahma/She Mien Fuk setiap November.

Di sini juga terdapat perpustakaan yang diisi dengan berbagai macam kitab bahasa Sansekerta, India, Tibet, Pali, Mandarin, Inggris, dan Indonesia. Ada juga ruang kelas, aula pertemuan, ruang makan, dan penginapan yang menampung kurang lebih 200 tamu. Maha Vihara Mojopahit cocok dijadikan tempat untuk pelatihan Dharma, Retreat, Meditasi, bahkan Lokakarya.

Jika Anda sedang berada di Mojokerto, rasanya tak lengkap jika tak mengunjungi tempat wisata yang satu ini.

 

 

(Shafa Tasha Fadhila - Mahasiswa PNJ)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Onde-Onde, Kuliner Khas Mojokerto

onde onde
DIY Kuliner: Onde-onde nutella & selai kacang (Resep: Kokiku Tv)

Sebelumnya, Indonesia punya kekayaan, seperti alam, budaya, dan yang paling menonjol adalah kulinernya. Bermacam-macam daerah yang ada di Indonesia, bermacam-macam pula makanan yang ada di dalamnya.

Salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai beragam kuliner adalah Jawa Timur. Terdapat banyak daerah di dalamnya, membuat Jawa Timur kaya akan kulinernya. Bahkan, banyak kulinernya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi daerah lain.

Salah satu makanan yang banyak dikonsumsi orang adalah Onde-Onde. Makanan ini merupakan jajanan tradisional berasal dari Mojokerto, Jawa Timur.

Onde-Onde merupakan jajanan pasar yang mempunyai bentuk bulat berwarna keemasan dan ditaburi biji wijen, biasanya Onde-Onde berisikan kacang hijau yang manis.

Mengutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, Onde-Onde dalam bahasa jawa ditulis ondhé-ondhé. Jika biasanya Onde-Onde mempunyai bahan dasar campuran dari tepung beras dan tepung ketan, maka berbeda dengan yang ada di Mojokerto.

Onde-Onde yang ada di Mojokerto berasal dari tepung terigu yang diberi pewarna seperti putih, merah, dan hijau.

Awalnya, Onde-Onde merupakan kudapan yang berasal dari Guangdong, Tiongkok yang kemudian diadaptasi oleh di Indonesia. Kala itu, para perantau membawa Onde-Onde dan mengenalkannya ke penduduk seperti negara-negara di Asia Tenggara.

Bahkan, ada yang menyebutkan datangnya Onde-Onde masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13 berbarengan dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho. Di Tiongkok, Onde-Onde sudah ada sejak pemerintahan Dinasti Zhou (1045-256 SM). Pada saat itu, Onde-Onde menjadi lambang keselamatan dan kebersamaan. Kudapan ini juga biasanya disajikan untuk tukang kayu dan tukang batu yang kala itu sedang membangun istana kekaisaran.

Kemudian pada Dinasti T’ang ada sastrawan bernama Wang Fanzhi yang menuliskan Onde-Onde tergolong makanan istimewa di istana kekaisaran Chang’an.

Di Tiongkok Utara, Onde-Onde mempunyai nama ‘matuan’. Sedangkan di Tiongkok Selatan, Onde-Onde disebut juga dengan ‘Ma Yuan’, ‘Jen Dai’, dan ‘Jian  Tui’.

Onde-Onde awalnya adalah berisikan pasta gula merah, kemudian berkembang menjadi kacang hijau bersantan, dan ketan hitam. Sekarang, seiring berkembangnya zaman, banyak Onde-Onde yang sudah ditambah varian isinya antara lain cokelat, durian, nangka, keju, dan lain-lain.

 

(Shafa Tasha Fadhila-Mahasiswa PNJ)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya