Menelusuri Penyediaan Air di Surabaya Sejak Zaman Belanda

Penyediaan dan pengelolaan air minum di Surabaya, Jawa Timur sudah dimulai sejak zaman Belanda pada 1890.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mar 2020, 08:53 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2020, 08:53 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pemindahan utilitas di bawah Jalan Yos Sudarso, Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kuarniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Belanda di Indonesia tidak hanya meninggalkan bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu. Negara kincir angin tersebut juga berperan dalam membuat sistem penyediaan dan pengelolaan air di kota-kota besar di Indonesia termasuk Surabaya, Jawa Timur.

Mengutip Buku Beberapa Catatan Sejarah Air Minum Indonesia oleh Kementerian PUPR dan BPPSPAM, ada penyediaan dan pengelolaan air di masa pra kemerdekaan terutama di kota besar dan kota kecil di Indonesia yang didiami orang Belanda. Di kota-kota tersebut dibangun sarana penyediaan air minum meski kapasitasnya tidak sepadan dengan jumlah penduduk. Sarana air minum pun masih sederhana dan memanfaatkan sumber mata air.

Demikian juga di Surabaya. Penyediaan dan pengelolaan air di Surabaya pertama kali diperoleh dari sumber mata air Desa Purut di Kabupaten Pasuruan pada 1890. Air tersebut diangkut menggunaan kereta.

Dalam buku Beberapa Catatan Sejarah Air Minum Indonesia oleh Kementerian PUPR dan BPPSPAM disebutkan pada 1890, penyediaan air di Surabaya dikelola dua orang Belanda bernama Mouner dan Bernie.Dua orang Belanda tersebut diberi konsesi mengelola mata air Umbulan karena jasa-jasanya merintis penyediaan air minum.

Mereka memasang pipa sepanjang lebih dari 60 KM dari wilayah Pasuruan hingga Surabaya. Pengerjaan pipa tersebut dilakukan dalam dua tahun.

Sementara itu, mengutip laman PDAM Surya Sembada Surabaya, pembangunan sistem penyediaan air minum Pandaan oleh Carel Willem Weijs. Pekerjaan itu diselesaikan dalam waktu 2,5 tahun. Pekerjaan yang dilakukan mulai dari pembangunan sumber mata air Toyo Arang dengan kapasitas 62-73 liter per detik, pembangunan sumber mata air Plintahan dengan kapasitas 102-125 liter per detik, pembangunan reservoir atau tandon tamanan.

Kemudian ada pemasangan pipa tranmisi dengan diameter 450 mm dengan panjang 38,31 KM, pemasangan 133 KM jaringan pipa distribusi yaitu 22 KM pipa dengan diameter 20-50 MM, 111 KM pipa sirkulasi dengan diameter 60-150 mm. Selain juga pemasangan 16 KM pipa ke daerah militer/laut dan 1.000 hidran dan 150 ai mancur jalan.

Nah, pada 8 Oktober 1903, diresmikan pekerjaan sistem penyediaan air minum sumber mata air Pandaan. Perusahaan air minum didirikan di bawah pemerintahan kolonial Belanda.

Pemerintah Kolonial Belanda pun mewajibkan rumah-rumah yang dianggap mewah untuk berlangganan. Dalam waktu tiga tahun, perusahaan air minum itu memiliki sekitar 1.588 pelanggan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Bangun Instalasi Pengolahan Air Minum

Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Ngagel I pun dibangun dengan kapasitas 60 liter per detik pada 1922. 10 tahun kemudian pada 1932, pembangunan sistem penyediaan air Umbulan untuk memenuhi kebutuhan air minum Kota Surabaya. Pekerjaan meliputi pembangunan rumah pompa baru beserta aksesorisnya.

"Seiring pembangunan teknologi kemudian dibangun jaringan dari Umbulan ke Surabaya. Bangun pengolahan air minum di Ngagel, dan bangun tandon di Wonokitri,” ujar Manager Humas PDAM Surya Sembada, Adi Nugroho saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (26/3/2020).

Kapasitas IPAM Ngagel I pun ditingkatkan menjadi 180 liter per detik pada 1942. Lalu pada 1950, perusahaan air minum diserahkan pada pemerintah Republik Indonesia (Kota Praja Surabaya).  Pada 1959, pembangunan IPAM Ngagel II kapasitas 1.000 liter per detik yang didesain dan dilaksanakan oleh F.A Degremont (Prancis). PDAM Surya Sembada pun menjadi perusahaan daerah pada 1976

“Pada 1976 ada perda (Nomor 7 Tanggal 30 Maret 1976-red) perusahaan air minum disahkan sebagai perusahaan daerah,” kata Adi.

Pada 1978, pengalihan status menjadi perusahaan daerah air minum dari Dinas Air Minum berdasarkan SK Walikotamadya Dati II Surabaya Nomor 657/WK/77 pada 30 Desember 1977.

Adi menuturkan, peninggalan pipa yang dibangun oleh Belanda pun masih bertahan hingga kini yang berada di Umbulan, Gempol dan Surabaya. Ia menilai, Belanda telah membangun jaringan pipa yang patut dicontoh lantaran kuat dan tahan lama. Hingga September 2019, total panjang pipa PDAM Surya Sembada mencapai 5.807 KM.

Membangun Air Siap Minum dari Keran

PDAM Surya Sembada kini makin berkembang untuk memakai teknologi dalam menyediakan air minum bagi masyarakat. Salah satunya menyediakan teknologi air siap minum dari keran. Rencananya air siap minum itu akan dibangun di wilayah di Surabaya.

"Kami bangun di daerah Ngagel Trito ada sekitar 300 KK, dan itu pilot project kami untuk air siap minum dari keran,” ujar dia.

Pembangunan air siap minum dari keran ini bukan tanpa alasan. Adi menuturkan, pihaknya tak ingin menambah limbah dan polusi. Bila memakai air minum kemasan maka akan menambah plastik dan juga distribusinya memerlukan transportasi darat seperti truk. Ia mengakui memang teknologi untuk air siap minum dari keran ini membutuhkan biaya besar.

"Teknologi jadi ada ultraviolet, purefey dan ada instalasi mini. Kami juga melakukan evaluasi secara berkala untuk memenuhi standar Permenkes untuk air siap minum dari keran,” kata dia.

Saat ini air siap minum dari keran ini dapat dijumpa di sekolah, tempat ibadah dan taman Bungkul di Surabaya, Jawa Timur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya