Kelompok Kesehatan di Jatim Alami Inflasi Imbas Corona Covid-19

Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Dadang Hardiwan menuturkan, kenaikan indeks ini salah satu faktornya disebabkan wabah COVID-19, sehingga kelompok kesehatan menjadi hal utama masyarakat pada Maret 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Apr 2020, 04:01 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2020, 04:01 WIB
Ilustrasi lorong rumah sakit
Ilustrasi lorong rumah sakit (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur melaporkan, kelompok kesehatan di wilayah setempat mengalami inflasi sebesar 0,08 persen pada Maret 2020, atau terjadi kenaikan indeks dari 102,76 poin pada Februari 2020 menjadi 102,84 poin pada Maret 2020 poin.

Kenaikan inflasi di kelompok kesehatan itu, salah satu pemicunya disebabkan wabah COVID-19. Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Dadang Hardiwan menuturkan, kenaikan indeks ini salah satu faktornya disebabkan wabah COVID-19, sehingga kelompok kesehatan menjadi hal utama masyarakat pada Maret 2020.

"Betul, kelompok tersebut naik dikarenakan adanya kenaikan di obat-obatan dan produk kesehatan, sedangkan untuk jasa kesehatan seperti jasa rawat jalan/inap/kesehatan lainnya tidak mengalami perubahan," kata Dadang, seperti dikutip dari Antara, Rabu, 1 April 2020.

Ia mengatakan, dari empat subkelompok pada kelompok ini, dua subkelompok mengalami inflasi dan dua subkelompok tidak mengalami perubahan. Subkelompok yang mengalami inflasi subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 0,12 persen dan subkelompok jasa rawat jalan sebesar 0,09 persen.

Sementara subkelompok yang tidak mengalami perubahan, yaitu subkelompok jasa rawat inap dan subkelompok jasa kesehatan lainnya. Kelompok ini pada Maret 2020 memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,002 poin.

Selain kesehatan, kelompok lain yang juga mengalami inflasi yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,16 persen serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen.

"Kelompok lain yang mengalami inflasi adalah kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 0,07 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,29 persen," ujar dia.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Jawa Timur Alami Deflasi pada Maret 2020

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia mengatakan, Jawa Timur mengalami mengalami deflasi sebesar 0,01 persen pada Maret 2020, yaitu dari 104,04 poin pada Februari 2020, menjadi 104,03 poin pada Maret 2020, dengan tingkat inflasi tahun kalender Maret 2020 sebesar 0,80 persen, dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 2,27 persen.

Deflasi, kata Dadang, didominasi kelompok transportasi sebesar 0,85 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,41 persen.

Dadang kemudian menjabarkan beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada Maret 2020. Antara lain angkutan udara. Dadang melanjutkan, kelompok transportasi pada Maret 2020 memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,1137 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi adalah angkutan udara sebesar 0,13 persen.

"Komoditas lain yang memberikan andil deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, bawang putih, melon, semangka, kentang, bioskop, daging ayam ras, dan minyak goreng," ujar Dadang.

Adapun, lanjut Dadang, komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu telur ayam ras sebesar 0,04 persen, kangkung dan bayam sebesar 0,03 persen.

Dadang menambahkan, penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jawa Timur selama Maret 2020, tujuh kota mengalami inflasi, dan satu kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jember yaitu mencapai 0,34 persen.

Kemudian diikuti Banyuwangi sebesar 0,27 persen, Madiun sebesar 0,19 persen, Kediri sebesar 0,11 persen, Sumenep sebesar 0,09 persen, Probolinggo sebesar 0,04 persen, dan Surabaya sebesar 0,01 persen.

"Kota yang mengalami deflasi yaitu Malang sebesar 0,41persen," kata Dadang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya