Pemprov Jatim Tugaskan Tim Pelacak ke Magetan, Bawa 1.000 Alat Rapid Test

Klaster Magetan di Malaysia merupakan pelajar atau santri asal Malaysia, yang baru pulang dari sebuah pesantren di Temboro, Magetan, Jatim.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Apr 2020, 22:15 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2020, 22:14 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengkonfirmasi terkait kabar temuan pasien Corona COVID-19 di Malaysia berasal dari klaster Magetan.

Khofifah pun menggelar video conference (Vidcon) dengan Bupati Magetan Suprawoto di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin malam (20/4/2020). 

Klaster Magetan di Malaysia merupakan pelajar atau santri asal Malaysia, yang baru pulang dari sebuah pesantren di Temboro, Magetan, Jatim.  Khofifah menyampaikan, dirinya sudah menugaskan Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso berangkat ke Magetan untuk melakukan rapid test atau tes cepat Corona COVID-19 dan tracing (pelacakan). 

"Dr Kohar sekitar pukul 20.00 WIB, mungkin sudah datang ke Magetan dan langsung sowan dulu ke njenengan pak bupati. Selanjutnya akan melakukan tracing. Dr Kohar tadi membawa seribu alat rapid test," ujar Khofifah. 

Sementara itu, Suprawoto mengatakan, ada 400 lebih pelajar asal Malaysia yang ada di pondok Temboro, Magetan dan sekitar 200 pelajar tersebut sudah dipulangkan ke negara asalnya Malaysia. 

"Dari 200 yang sudah pulang itu ternyata ada 43 pelajar yang telah dinyatakan positif di Malaysia. Sementara yang masih tersisa di pondok tersebut ada sekitar 227 pelajar," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Keterbatasan Alat

Rapid Test Drive Thru Pengemudi Angkutan Umum
Tim medis menunjukkan hasil pemeriksaan sampe darah saat Rapid Test Drive Thru di Kemenhub, Jakarta, Senin (20/4/2020). Kemenhub menggelar Rapid Test Drive Thru kepada pengemudi angkutan umum seperti taksi dan ojek online guna mencegah penyebaran virus Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Suprawoto menuturkan, sebelum dinyatakan positif COVID-19 di Malaysia, proses pemulangan WNA berstatus pelajar Pondok Pesantren Temboro memang tidak dilakukan rapid test lantaran keterbatasan alat. 

"Namun kami sudah melakukan test kesehatan kepada mereka, seperti test tensi dan pengecekan suhu badan," ucapnya. 

Suprawoto menyebutkan, di pondok pesantren tersebut memang banyak santri yang berstatus WNA dari 12 negara, dan terbanyak memang asal Malaysia. Dari total 2 ribu lebih santri yang ada di pondok tersebut, sebanyak 400 lebih santri yang berasal dari negri jiran.

"Sebagai upaya memutus penyebaran wabah COVID-19 di lingkup pondok pesantren, kami telah melakukan imbauan untuk dilakukan physical distancing di dalam lingkup pondok pesantren, selama proses tracing," ujarnya. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya