Mengenal Kampung Wani COVID-19 di Surabaya

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Irvan Widyanto mengatakan, pembentukan Kampung Wani COVID-19 ini juga sebagai bentuk gerakan yang berbasis masyarakat.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 25 Mei 2020, 21:30 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2020, 21:30 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Rapat sosialisasi pembentukan kampung wani dengan camat dan kepala puskesmas di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya membentuk Kampung Wani COVID-19 yang tersebar di seluruh RW se-Kota Surabaya. Pembentukan kampung wani ini untuk menekan penyebaran Corona COVID-19.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Irvan Widyanto mengatakan, pembentukan Kampung Wani COVID-19 ini juga sebagai bentuk gerakan yang berbasis masyarakat.

Ia menilai, memang sudah saatnya pelibatan warga dilakukan secara maksimal mengingat kondisi ini tidak bisa ditangani oleh pemerintah saja, melainkan harus bersama-sama dengan warga.

Oleh karena itu, ketika di tingkat kota ada Satuan Gugus Tugas, hal itu juga diimplementasikan di tingkat RW atau kampung. Nantinya, struktur mana saja yang bisa diimplementasikan akan diadopsi di ‘Kampung Wani Covid-19’.

"Kami sengaja memberi nama Kampung Wani Covid-19 karena sesuai dengan karakter arek-arek Suroboyo yang memiliki karakter wani (berani), wani sak sembarange,” ujar dia.

Struktur ‘Kampung Wani Covid-19 itu akan ada empat Satgas yang tugasnya berbeda-beda, yaitu Satgas Wani Sehat, Satgas Wani Sejahtera, Satgas Wani Jogo, dan Satgas Wani Ngandani.

Adapun tugas dari Satgas Wani Sehat adalah memantau terhadap pasien ODP, PDP, OTG, dan konfirm rawat jalan dari gugus tugas kota/kecamatan.

Kemudian mendata terhadap warga yang kontak erat dengan pasien, dan bertugas melaporkan kepada puskesmas, kelurahan, dan kecamatan bila ada warganya yang terindikasi gejala COVID-19.

Sedangkan tugas Satgas Wani Sejahtera adalah mengidentifikasi kebutuhan permakanan pasien ODP, PDP, OTG, dan confirm rawat jalan dengan kriteria yang sudah ditentukan.

Kemudian mengidentifikasi warga terdampak yang tidak mampu, dan melakukan upaya penanganan terhadap warga terdampak secara gotong-royong, serta memastikan bantuan sosial pemerintah sampai ke penerima. Lalu tugas Satgas Wani Jogo adalah pembatasan dan pencatatan orang dan kendaraan yang keluar-masuk (one gate system).

Kemudian membuat jadwal jaga kampung, dan memantau serta memastikan warga yang isolasi mandiri untuk tidak keluar lingkungan rumah kecuali untuk keperluan fasilitas kesehatan, menjaga dan memastikan semua warga terutama lansia, difabel, dan anak-anak terlindung dari resiko penularan.

Selain itu, memastikan kegiatan sosial dan keamanan dilakukan secara gotong-royong, memastikan penerapan protokol kesehatan (physical distancing, pakai masker, cuci tangan pakai sabun), dan melaksanakan penyemprotan disinfektan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Upaya Menekan Kasus COVID-19

Selanjutnya tugas Satgas Wani Ngandani adalah memberikan informasi dan edukasi kepada warga terkait pencegahan dan penanganan COVID-19, berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait COVID-19, dan melaporkan perkembangan penanganan ODP, PDP, OTG, dan confirm rawat jalan melalui aplikasi lawancovid-19.surabaya.go.id.

"Jadi, sebenarnya Bu Wali (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini) sudah mengeluarkan banyak SE (Surat Edaran), nah satgas ini nanti yang akan menjalankannya dan menertibkannya. Ketika di tingkat kampung sudah bisa dikendalikan, maka di hilir yang ditingkat kota akan lebih mudah terkendalikan, karena sudah selesai di tingkat kampungnya masing-masing,” ujar dia.

Mantan Kasatpol PP Surabaya ini berharap dengan ada ‘Kampung Wani Covid-19’ ini, kasus Covid-19 di Kota Surabaya dapat ditekan, tentunya melalui tangan-tangan warga sendiri.

Selain itu menumbuhkan kesadaran warga tentang bahaya Covid-19 ini, sehingga ketika sudah sama-sama sadar, mereka tidak lagi keluar rumah jika memang tidak penting, sadar dengan sendirinya memakai masker dan cuci tangan.

"Yang paling penting pula adalah perubahan paradigma. Contohnya, ketika ada warga yang reaktif, mereka tidak lantas dikucilkan, tapi warga bersama-sama melindungi warga yang reaktif tersebut. Jadi, warga yang melakukan perlindungan kepada warga yang ada di sekitarnya itu, terutama melakukan perlindungan kepada warga yang terindikasi Covid-19,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya