Cerita Maya Stolastika Bangun Komunitas Penyedia Produk Pertanian Organik (II)

Maya Stolastika memberdayakan masyarakat desa untuk menyediakan sayur dan buah organik dari lahan di Mojokerto, Jawa Timur.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jun 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2020, 04:00 WIB
(Foto: Dok Istimewa)
Lahan pertanian organik (Foto: Dok Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Maya Stolastika, pemilik twelve’s organics mendirikan sebuah komunitas yang fokus untuk menyediakan sayur dan buah organik. Ia memberdayakan masyarakat desa di lahan yang disewa di Pacet, Celaket, Mojokerto, Jawa Timur seluas satu hektar.

Sebelum ia membangun twelve’s organics, ia sempat bekerja di Bali setelah lulus kuliah pada 2010. Perempuan kelahiran Waiwerang ini bekerja di perusahaan kontraktor yang fokus pada green building.

Dalam waktu satu bulan masa percobaan, Maya diangkat menjadi pegawai tetap. Namun, akhirnya ia memutuskan kembali untuk menekuni pertanian organik

"Kembali dan membuktikan kepada orangtua. Itu pilihan. Bukan karena tidak punya kapasitas dan kemampuan," ujar dia, saat dihubungi Liputan6.com, Senin (28/6/2020).

Pada 2012, bagi Maya merupakan kebangkitan kedua. Pada tahun itu, ia membangun twelve’s organics. Sebelumnya ia vakum mengelola pertanian organik pada 2010-2011.

Pihaknya menyewa lahan seluas satu hektar di Pacet, Celaket, Mojokerto, Jawa Timur. Maya juga memberdayakan kelompok petani terutama kaum perempuan. Sekitar lima kelompok petani yang di berada di bawah komunitasnya.

"Kami menyewa lahan karena lahan sudah cukup mahal di daerah yang dekat dengan wisata. Ibu petani akan cari lahan," tutur dia.

Maya pun membangun kelas-kelas khusus bagi kelompok petani tersebut. Kelas itu mulai dari penanaman organik, budidaya organik, manajemen produksi. Setiap satu kelompok petani yang terdiri dari 4-5 orang akan mengelola lahan 2.000-2.500 meter.

Adapun tanaman yang dikelola sekitar 20 jenis daun-daunan mulai dari sawi, salada, kangkung, bayam, daun mint, rosemary, dan lainnya. Sedangkan buah-buahannya mulai dari burberry, raspberry, dan strawberry, dan lainnya.

"Kesulitan dihadapi mengubah mind set seorang ibu. Impian ibu kepada anaknya untuk mengubah cita-cita mau jadi petani. Padahal dunia pertanian memberikan kebaikan dan masa depan," ujar Maya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Hadapi Tantangan

(Foto: Dok Istimewa)
Lahan pertanian organik (Foto: Dok Istimewa)

Kini komunitas tersebut memiliki 175 konsumen rumah tangga yang berasal dari Malang, Mojokerto, Surabaya, dan Gresik. Maya lebih memilih konsumen rumah tangga karena lebih mudah dan lebih cepat untuk pembayaran. Sebelumnya ia juga pernah memasok untuk hotel, restoran, supermarket.

"Kalau ke hotel, restoran, dan supermarket itu terbentur spesifikasi. Misalkan kentang harus ukuran berat 200 gram. Tanaman tidak seperti itu. Kalau restoran harus juga disesuaikan. Kemudian pembayarannya pun juga ada proses sehingga bisa satu bulan untuk pembayaran," ujar dia.

Saat mengelola komunitas ini, Maya juga menemui tantangan terutama perilaku dan pola pikir. Hal ini mengingat individu yang masih dikuasai nafsu dan serakah. "Hal-hal seperti itu menganggu, kebun saya pernah diracun, petani yang dihasut, itu yang terberat," tutur dia.

Untuk mengatasi tantangan itu, Maya mengaku melakukan yoga dan berserah kepada Sang Pemilik Hidup. Ia mengakui marah dan kecewa.

"Saya meditasi dan yoga. Kembalikan kepada Sang Pemilik Hidup. Marah, kecewa iya karena tetap manusia," ujar dia.

Permintaan Produk Organik Meningkat Saat Pandemi COVID-19

(Foto: Dok Istimewa)
Lahan pertanian organik (Foto: Dok Istimewa)

Di sisi lain, saat masa pandemi COVID-19 juga berdampak positif untuk pertanian organik. Maya mengaku ada kenaikan permintaan untuk produk organik.

Hal ini juga diikuti dengan konsumen. Maya menilai, konsumen saat ini perhatian dengan kesehatan dan menjaga imunitas tubuhnya sehingga membeli makanan organik dan produk sehat.

"Banjir konsumen dan permintaan. Ada kenaikan 200-250 persen permintaan," ujar dia.

Maya menceritakan, jika pada tahun sebelumnya pada kuartal pertama cenderung turun pendapatan dan juga dipengaruhi masa tanam. Saat pandemi COVID-19 justru naik untuk permintaan seperti labu, pakis, rimpang-rimpang diburu masyarakat.

"Rimpang-rimpang seperti jahe, kunyit, temulawak, lengkuas, laos, dan lemon," ujar Maya.

 

Pesan untuk Generasi Muda

(Foto: Dok Istimewa)
Maya stolastika dan rekan (Foto: Dok Istimewa)

Maya pun membagikan pesan kepada generasi muda yang ingin menjalankan usaha. Ia menuturkan, jangan ragu untuk menjadi “berbeda” dari kebanyakan. Asalkan sudah sesuai jalur, sehingga berusaha sekuat tenaga dan sebaik mungkin untuk menggapai cita-cita.

"Apa yang diusahakan juga sebaiknya membawa dampak positif tidak hanya untuk diri sendiri namun juga lingkungan sekitar," tutur dia.  (Selesai)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya