Liputan6.com, Jakarta - Setelah lulus kuliah mungkin diliputi kekhawatiran dan ketakutan mengenai apa yang dihadapi ke depan. Salah satunya mungkin menghadapi dunia kerja.
Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi masalah. Alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Shelvy Elvina Santoso menuturkan, ketakutan tersebut dapat diminimalkan dengan persiapan yang matang pada diri sendiri.
Ia menyampaikan hal itu dalam acara Talkshow x Training for Job Seeker yang diselenggarakan ITS pada Sabtu, 12 September 2020 secara daring.
Advertisement
Baca Juga
Shelvy menuturkan, bekerja setelah lulus adalah pilihan bagus terutama bagi yang mencari stabilitas keuangan. Namun, perkembangan diri merupakan sesuatu yang tak kalah penting.
"Saya dulu merasa tidak berkembang dalam pekerjaan saya, oleh karena itu saya memilih melanjutkan pendidikan magister," tutur dia, seperti dikutip dari laman ITS, ditulis Kamis, (17/9/2020).
Memilih untuk melanjutkan pendidikan tentu memunculkan masalah baru lagi, seperti biaya dan lama kuliah. Oleh karena itu, menurut Shelvy, beasiswa adalah solusinya.
"Selain itu, wawasan mengenai bagaimana memilih pendidikan di luar negeri yang tepat sangatlah penting, sebab dapat menjadi jaminan bekerja setelah lulus," ujar alumni ITS ini.
Shelvy menambahkan, bagi mahasiswa yang lulus tanpa memiliki pengalaman bekerja tak perlu risau karena tidak semua beasiswa mengharuskan pendaftarnya memiliki pengalaman kerja. Akan tetapi, pengalaman kerja dapat menjadi nilai tambah para pendaftar.
"Seperti pada beasiswa yang saya ikuti ini, memiliki pengalaman kerja menjadi keuntungan tersendiri saat proses seleksi," ia menambahkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tips Memilih Kampus di Luar Negeri
Dalam memilih kampus di luar negeri, menurut Shelvy, calon mahasiswa perlu melakukan banyak pengecekan, salah satunya adalah ranking dan reputasi kampus.
"Hal penting lainnya yang dilihat adalah reputasi dan supervisor jurusan serta kerjasama kampus dengan berbagai industri,” ujar dia.
Hal tersebut yang Shelvy implementasikan saat mencari kampus di Negeri Sakura. Hematnya, Toyama Prefectural University merupakan kampus yang hebat dalam segi reputasi dan kerja sama industri.
"Hal inilah yang menjadikan saya memilih kampus tersebut," papar mahasiswa dengan riset risiko air di ibukota baru Indonesia ini.
Sebelum masuk ke kampus tersebut, menurut Shelvy, calon mahasiswa juga perlu riset terhadap supervisornya. Supervisor ini akan membimbing mahasiswa selama kuliah, sehingga perlu mengetahui kegiatan, kesibukan, dan keahliannya.
"Supervisor saya memiliki banyak pengalaman, beliau bekerja di salah satu kementrian di Jepang, sehingga memiliki banyak jaringan,” tutur dia.
Advertisement
Hal yang Perlu Dimiliki untuk Kuliah di Jepang
Alasan Shelvy memilih kuliah dan bekerja di Jepang adalah karena Negara Samurai ini termasuk dalam Top 3 Gross Domestic Product (GDP) sedunia, Selain itu, menurut Shelvy, negara ini memiliki banyak permintaan kerja untuk para engineer.
"Jumlah orang tua di Jepang tergolong banyak, sedangkan angka kelahirannya kecil. Oleh karena itu, kebutuhan engineer warga asing diperlukan disana,” sujar dia.
Di akhir sesi, perempuan asal Surabaya ini memaparkan hal yang perlu dimiliki agar dapat kuliah di Jepang adalah menguasai bahasa, lihai menggunakan komputer, memiliki banyak pengalaman di luar akademik, memiliki kemampuan yang menonjol, dan mengetahui budayanya.
"Di awal, saya masih minim tentang bahasa dan budaya Jepang, sehingga saya susah beradaptasi. Namun saya terus belajar untuk menyesuaikan diri," ujar dia.