Refleksi Maulid Nabi, Meneladani Keberanian Rasulullah

Kekuatan fisik Nabi Muhammad SAW tercermin dari sejumlah kisah yang terangkum dalam catatan sejarah.

oleh Erik diperbarui 29 Okt 2020, 07:41 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2020, 04:00 WIB
Ilustrasi mesjid dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi mesjid dengan tulisan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Foto: Abdullah Oguk/Unsplash.com

Liputan6.com, Jakarta - Nabi Muhammad SAW adalah nabi utusan Allah SWT yang miliki tubuh sehat, gagah dan tampan. Dalam sejumlah kitab sirah nabi disebutkan, bahwa dirinya tak pernah sakit.

Tubuhnya gagah, besar, dan kuat. Diceritakan Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang berparas tampan sekaligus mempunya kekuatan fisik yang besar.

Mengutip dari buku Dirasat fi al-Sirah al-Nabawiyyah karya Prof. Husein Mu’nis menyebutkan kecuali Nabi Musa, Nabi Sulaiman dan Nabi Daud, umumnya para nabi itu bertubuh kurus, lemah dan dan cenderung berpenyakit.

"Sebaliknya, Muhammad memiliki kekuatan fisik dengan tubuh kekar dan sehat sejak kecil,” tulis Prof. Husein.

Di balik kekuatan fisik Rasulullah itu mempunyai banyak hikmah, di antara, Prof. Husein menyatakan itu merupakan keistimewaan khusus yang dianugerahkan oleh Allah dalam Islam sebagai yang yang benar dan harus kuat.

"Agama harus disebarkan dengan kekuatan. Kebenaran tidak ada artinya jika tidak didukung oleh kekuatan,” tulisnya.

Kekuatan fisik Nabi Muhammad SAW tercermin dari sejumlah kisah yang terangkum dalam catatan sejarah. Misalnya, saat beliau harus menghadapi Umar bin Khathab yang terkenal galak dan ditakuti warga Mekkah kala itu.

Saat itu Umar belum masuk Islam. Dirinya tidak suka dengan agama yang dibawa oleh Muhammad. Suatu ketika, Umar mendatangi adiknya yang bernama Fatimah, yang kala itu sudah memeluk Islam.

Begitu masuk ke dalam rumah, seketika Umar ngamuk. Sasaran pertamanya adalah suami Fatimah, Said bin Zaid. Begitu terkena pukulan Umar, Said langsung tersungkur.

Sementara itu, Khubab bin Irth yang sedang membacakan Al-Quran, juga di dalam rumah itu, langsung lari terbirit-birit. Tak satupun berani menghadapi Umar yang kala itu masih berusia 33 tahun, fisiknya masih segar, bugar dan berada di puncak kesehatan.

Sasaran selanjutnya mengenai adiknya sendiri, dikisahkan bibir Fatimah memar oleh pukulan Umar. Melihat adiknya kesakitan, Umar pun sedikit iba dan berusaha melunak.

Umar lantas meminta kepada Fatimah untuk menunjukkan lebaran yang dibaca tadi. Rupanya lembaran tersebut adalah Al-Quran, Surah Thaha. Umar kemudian membacanya.

"Betapa indah dan agung ungkapan-ungkapan ini," kata Umar.

Seketika Umar tersentuh hatinya oleh keindahan ayat dalam surah tersebut. Tanpa pikir pikir panjang, dirinya pun memutuskan masuk Islam dan ingin menemui Nabi Muhammad secara langsung.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Saat Menegangkan

Surat Nabi Muhammad SAW Sebut Muslim Harus Lindungi Umat Nasrani
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | Via: istimewa

Di satu sisi, Nabi Muhammad dan beberapa sahabt lain yang sedang bersamanya belum mengetahui bahwa Umar berniat untuk datang dan ingin memeluk Islam. Namun, kedatangannya sudah diketahui.

Sambil membawa pedang yang masih terhunus, Umar pun berjalan menghampiri Darul Arqam, tempat di mana Nabi dan sejumlah sahabat berada.

Dikisahkan bahwa Hamzah, salah satu sahabat Nabi yang juga paling pemberani, juga sedang berada bersama dengan Nabi. Dirinya pun sudah siap untuk menyerang Umar jika nanti Umar mengamuk.

Dalam keadaan yang menegangkan itu, Nabi malah mengisyaratkan dirinya yang akan membukakan pintu dan bersiap menghadapi kemungkinan terburuk saat Umar datang. Selang saat, tibalah tamu Umar di depan pintu.

Sambil mengencangkan jubah, Nabi Muhammad pun membuka pintu dan berkata kepada Umar, “Untuk apa kau datang wahai Umar? Demi Allah, jika niatmu jahat kau tidak akan selesai dari urusan ini kecuwali kau tersambar petir.”

“Wahai Rasulullah, aku datang untuk memeluk agama Islam dan akan mempercayai apa yang datang dari Allah,” jawab Umar.

Mendengar jawaban Umar, Nabi pun menyerukan takbir dengan lantang, sehingga membuat seisi Darul Arqam yakin bahwa Umar benar-benar telah memeluk Islam.

Dari kisah ini, Prof. Husein menyimpulkan bahwa, "Sekiranya beliau tidak percaya diri dan tidak merasa mampu mengambil alih pedang Umar jika ia berniat jahat tentu beliau tidak berani bangkit menghadapinya.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya