Dokter di Surabaya Meninggal Covid-19 Usai Melahirkan

Prof Bus mengaku tentu merasakan duka atas kepergian anak didiknya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Jul 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2021, 21:00 WIB
Dokter Gesti Wira Nugrahyekti. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Dokter Gesti Wira Nugrahyekti. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Dokter Gesti Wira Nugrahyekti harus menyerah melawan Covid-19 setelah melahirkan. Dia dirawat secara intensif di RIK RSUD dr Soetomo, namun tidak tertolong dan harus berpulang meninggalkan buah hatinya.

"Sebelumnya, kami masih memberikan penghormatan terakhir kepada pahlawan kesehatan yang gugur di masa perang ini, bersama di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga," ujar Budi Santoso, Dekan Fakultas Kedokteran Unair yang memimpin penghormatan terakhir secara online, ditulis Jumat (23/7/2021).

"Bagaimanapun kami harus waspada. Pandemi ini belum terkendali. Resiko transmisi tinggi. Dan demi keselamatan bersama, segala aktifitas yang melibatkan kerumunan harus disiasati," ungkap Prof Bus, panggilan akrabnya.

Prof Bus mengungkapkan, beralihnya cara memberi salam perpisahan sama sekali tak mengurangi rasa hormat dan cinta kasih kepada anak didik, dokter hebat Gesti Wira Nugrayekti yang berpulang setelah tiga minggu berjuang melawan ganasnya Covid-19.

Prof Bus mengaku tentu merasakan duka atas kepergian anak didiknya.

"Dokter Gesti adalah salah satu putra terbaik FK Unair. Beliau baru saja diterima sebagai PPDS Anestesi pada periode Januari 2021. Kami merasakan duka cita yang mendalam. Semoga pengabdiannya selama ini diganjar dengan tempat terbaik di sisi-Nya," tutur Prof Bus.

Direktur RSUD Dr. Soetomo Surabaya Joni Wahyuadi menuturkan, segala upaya telah dilakukan untuk menyembuhkan dokter Gesti yang telah dirawat intensif sejak 4 Juli lalu.

"Segala cara telah kita maksimalkan untuk menyelamatkan adik kita ini, Ananda Gesti. Namun Tuhan memiliki kehendak lain," ujarnya.

Terus Memburuk

Dokter Gesti pergi meninggalkan suami serta seorang bayi yang lahir terminasi (diputuskan lahir sebelum waktunya) pada 3 Juli lalu. Keputusan berat itu diambil karena sehari sebelumnya ia dinyatakan positif COVID-19 dan harus segera menjalani isolasi.

Sejak dirawat di Ruang Isolasi Khusus  (RIK) 1, kondisi salah satu angkatan termuda di FK Unair ini terus memburuk. Tanggal 14 Juli ventilator dipasang untuk menunjang pernapasannya. Pada 15 Juli gagal jantung akut. Kemudian pada 17 Juli mengalami syock septic dan pada 22 dinyatakan meninggal pukul 17.46. di Ruang Isolasi Khusus (RIK1) RSUD Dr. Soetomo.

Setelah menjalani upacara penghormatan terakhir, jenazah dokter kelahiran Jember, 30 September 1996 silam ini dibawa ke peristirahatan terakhirnya di Jember. Selamat Jalan Pahlawan Kesehatan, Kami berduka melepasmu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya