Sudah Berusaha Baik tapi Masih Dihujat, Begini Sikap Praktis yang Disarankan Ustadz Adi Hidayat

Jika celaan tersebut tidak berdasar, UAH menyarankan untuk menyerahkannya kepada Allah. Ia meyakinkan bahwa Allah akan memberikan keadilan kepada hamba-hamba-Nya yang sabar.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 12:30 WIB
UAH (SS. YT Short @Andhap_asor)
UAH (SS. YT Short @Andhap_asor)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hidup tak lepas dari ujian, termasuk menghadapi hujatan atau celaan dari orang lain. Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan nasihat bijak bagi umat Islam tentang bagaimana menyikapi situasi semacam ini.

Dalam ceramahnya, UAH menjelaskan bahwa ketika seseorang menerima celaan, penting untuk terlebih dahulu memahami siapa yang melontarkan ucapan tersebut. Hal ini dapat membantu menilai langkah apa yang sebaiknya diambil.

"Kalau engkau menerima celaan, lihat siapa yang menghujat. Apakah orang yang berilmu atau orang yang saleh?" ujar UAH mengawali penjelasannya, yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @burhanudin4628.

Dalam video tersebut, UAH memberikan panduan yang mendalam namun praktis untuk menghadapi hujatan.

Menurut UAH, orang yang benar-benar berilmu dan saleh tidak akan mencela tanpa alasan yang jelas. Jika ada kritik dari mereka, biasanya kritik tersebut disampaikan dengan niat memperbaiki, bukan untuk menjatuhkan.

"Orang yang saleh tidak mungkin mencela kecuali ada perbaikan di dalamnya," lanjut Ustadz Adi Hidayat.

Kritik dari orang-orang seperti ini, menurut UAH, sebaiknya diterima dengan hati terbuka karena biasanya disampaikan dengan kasih sayang.

Sebaliknya, UAH mengingatkan agar umat Islam berhati-hati terhadap celaan yang datang dari orang-orang yang dipenuhi rasa iri. Dalam hal ini, ia mengajak untuk tidak terpancing emosi dan tetap bersikap tenang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Cara Terbaik Hadapi Hujatan

quote sabar dalam islam
ilustrasi sabar dalam islam ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

"Iri hati sering menjadi pemicu utama seseorang mencela. Mereka merasa terganggu dengan kebaikan yang dilakukan orang lain," kata UAH.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa cara terbaik menghadapi hujatan dari orang yang iri adalah dengan meningkatkan kualitas diri. Fokus pada ibadah dan kebaikan adalah kunci untuk melindungi diri dari dampak negatif celaan.

Ia juga menegaskan bahwa respon terbaik terhadap celaan adalah dengan menunjukkan akhlak mulia. Tidak membalas dengan kemarahan adalah tanda kedewasaan dan kesabaran seorang Muslim.

"Dalam Al-Qur'an, Allah memuji orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Itulah standar yang harus kita kejar," ujarnya.

UAH mengingatkan bahwa setiap celaan yang diterima sebenarnya bisa menjadi alat introspeksi. Jika ada kebenaran dalam kritik tersebut, maka jadikan itu sebagai bahan untuk memperbaiki diri.

Namun, jika celaan tersebut tidak berdasar, UAH menyarankan untuk menyerahkannya kepada Allah. Ia meyakinkan bahwa Allah akan memberikan keadilan kepada hamba-hamba-Nya yang sabar.

"Allah tahu apa yang ada di hati manusia. Tidak perlu risau dengan perkataan orang lain jika niat kita benar," katanya.

Jangan Larut dengan Dendam

Ilustrasi sabar dan ikhlas
Ilustrasi sabar dan ikhlas. (Photo by Aaron Andrew Ang on Unsplash)... Selengkapnya

Nasihat ini memberikan panduan praktis bagi umat Islam dalam menjaga ketenangan hati di tengah ujian sosial. UAH juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, bahkan dengan mereka yang mencela.

Menurutnya, dengan tetap menunjukkan kebaikan, ada kemungkinan orang yang mencela akhirnya sadar dan berubah menjadi lebih baik. Sikap ini juga mencerminkan teladan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

UAH menyarankan umat Islam untuk tidak larut dalam rasa dendam atau keinginan untuk membalas. Sebaliknya, fokuslah pada ibadah dan amalan yang mendekatkan diri kepada Allah.

"Jadikan setiap celaan sebagai peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Itu adalah cara terbaik untuk menghadapinya," tambahnya.

Pesan ini mengajarkan bahwa hujatan atau celaan tidak selalu harus dianggap sebagai hal negatif. Sebaliknya, hal itu bisa menjadi peluang untuk memperbaiki diri dan menunjukkan akhlak mulia.

UAH juga memberikan motivasi kepada umat Islam untuk tetap optimis dalam menjalani hidup. Ia percaya bahwa selama seseorang berada di jalan yang benar, tidak ada hujatan yang bisa menjatuhkannya.

Dengan mengikuti nasihat ini, umat Islam diharapkan bisa lebih bijaksana dalam menghadapi ujian hidup. Tidak ada celaan yang bisa menghalangi seseorang untuk terus berkembang jika ia memiliki iman yang kokoh.

Melalui ceramah ini, UAH mengajak umat Islam untuk menjadikan setiap tantangan sebagai peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan begitu, hidup akan menjadi lebih tenang dan penuh berkah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya