Lapas Pamekasan Panen Padi dan Jual 8.000 Paving Blok Karya Warga Binaan

Selain sawah, di SAE Nato Farm Camp juga terdapat pembinaan kemandirian peternakan dan pengelolaan limbah domestik. Para WBP diajari proses budidaya ikan, sapi, kambing dan ayam.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 17 Mar 2022, 23:29 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2022, 23:29 WIB
Panen padi hasil warga binaan Lapas Pamekasan. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Panen padi hasil warga binaan Lapas Pamekasan. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Pamekasan - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) IIA Pamekasan panen raya padi di lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Nato Farm Camp. Selain itu, juga digelar penjualan perdana 8.000 paving blok hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Jatim Teguh Wibowo mengatakan, Lapas Pamekasan merupakan satker yang istimewa. Karena menjadi satu dari sembilan lapas yang ditetapkan Ditjen pemasyarakatan untuk menggelar pembinaan melalui SAE kategori pertanian, peternakan dan cuci kendaraan sejak 2021 lalu.

“Hasilnya bisa kita lihat sendiri hari ini kami memanen padi di lahan seluas 1,5 hektare,” ujar Teguh, Kamis (17/3/2022).

Selain sawah, di SAE Nato Farm Camp juga terdapat pembinaan kemandirian peternakan dan pengelolaan limbah domestik. Para WBP diajari proses budidaya ikan, sapi, kambing dan ayam.

Sedangkan limbah rumah tangga diolah menjadi pupuk kompos. “Semua merupakan hasil karya WBP yang selama ini dibina di Lapas Pamekasan,” ucap Teguh.

Tidak itu saja, lapas tertua di pulau garam itu juga menjual produk industri. Sebanyak 8.000 paving blok terjual dan akan dikirimkan ke Jawa Tengah. Ini adalah penjualan perdana sejak pembinaan pembuatan paving dimulai sekitar sebulan yang lalu.

“Untuk pasar, Alhamdulillah sudah ada kerjasama dengan pihak ketiga, sehingga kita tinggal memproduksi saja,” ujar Teguh.

 

Rasa Kemanusiaan

Meski demikian, Teguh menegaskan, tujuan utama dari pembinaan WBP melalui SAE ini bukan serta merta untuk keuntungan materiil saja. Melainkan lebih pada rasa kemanusiaan.

Yaitu untuk menyiapkan WBP dengan keterampilan dan keahlian tambahan. Terutama dalam bidang pertanian. Sehingga dapat digunakan sebagai bekal, untuk mereka warga binaan kembali lagi ke masyarakat.

“Yang paling penting agar masyarakat mau menerima dan menghapus stigma negatif kepada WBP, karena sudah mampu berkarya sendiri serta tentunya bermanfaat,” ucap Teguh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya