Derby Milan atau akrab dikenal Derby della Madonnina merupakan julukan bagi pertandingan sepak bola yang mempertemukan dua tim asal Kota Milan, yakni AC Milan dan Inter Milan. Duel sengit antara kedua rival ini sudah berjalan lebih dari 100 tahun lamanya.
Nama Derby della Madonnina merujuk pada patung tembaga berlapis emas yang terletak di atas menara Duomo di Milano atau Katedral Milan. Patung yang mengilustrasikan Bunda Maria ini kemudian diberi nama Madonnina guna menjadi simbol kemegahan dan keindahan Kota Milan.
Selain itu, patung yang dibuat oleh seniman bernama Giuseppe Perego pada 1769 ini menjadi simbol perlawan rakyat Kota Milan kala memperjuangkan kemerekaan Italia. Salah satu peristiwa yang terkenal dan dikaitkan dengan Madonnina adalah Insiden Lima Hari di Milan (Cinque Giornate di Milano) yang menjadi pemberontakan pertama jelang perang kemerdekaan Italia I pada 18-22 Maret 1848.
Sehingga, patung yang terletak pada ketinggian 108,5 meter ini menjadi batas maksimal ketinggian sebuah bangunan di Kota Milan. Sebab, rakyat Kota Milan merasa, tidak boleh ada gedung atau bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari letak Madonnina.
Namun, pada 1960, ada sebuah gedung yang dibangun lebih tinggi dibanding Katedral Milan. Gedung yang diberi nama Palazzo Pirelli ini memiliki ketinggian mencapai 127 meter. Alhasil, guna menghormati rakyat Kota Milan, pemilik bangunan membuat replika Madonnina dan patung tersebut ditaruh di titik paling tertinggi gedung ini.
Lantas, berkat nilai serta prinsip yang dianut rakyat Milan atas keberadaan Madonnina, pertandingan antar tim satu kota tersebut diberi nama Derby della Madonnina. Hal ini bertujuan agar rivalitas atau tensi tinggi hanya terjadi selama 90 menit saja. Selebihnya, kedua tim dan masing-masing pendukungnya adalah saudara.
Awal Mula Derby della Madonnina
Dahulu, rakyat Kota Milan hanya mengenal satu klub bernama Milan Foot-Ball and Cricket Club. Sesuai dengan namanya, Milan Foot-Ball and Cricket Club adalah sebuah klub sepak bola sekaligus klub kriket yang didirikan oleh ekspatriat asal Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin pada 1899.
Sejak awal berdiri, Milan Foot-Ball and Cricket Club memang sudah menyedot animo masyarakat Kota Milan. Banyak warga berbondong-bondong untuk menyaksikan pertandingan klub ini, terutama di cabang olahraga sepak bola.
Apalagi, tak butuh waktu lama bagi Milan Foot-Ball and Cricket Club untuk menyabet gelar juara Liga Italia. Tercatat, klub ini berhasil menjuarai kompetisi pertamanya pada tahun 1901. Kemudian berturut-turut gelar yang sama sukses diarih pada medio 1906 dan 1907.
Namun, banyaknya gelar nyatanya tak membuat klub ini solid. Beberapa petinggi di Milan Foot-Ball and Cricket Club merasa jengah dengan peraturan yang ada di dalam klub. Sebab, klub sepak bola yang mereka naungi tidak dapat merekrut pemain non-Italia.
Mengatasi ketegangan ini, para petinggi klub akhirnya memutuskan untuk membuka forum diskusi sekaligus rapat untuk membahas masalah yang terjadi di tubuh klub. Rapat dilaksanakan pada tahun 1908 dan diikuti oleh hampir semua pihak yang berurusan dengan Milan Foot-Ball and Cricket Club.
Namun, pasca rapat luar biasa itu, keputusan untuk tetap menggunakan jasa pemain asli Italia tetap dipertahankan. Alhasil, beberapa tokoh seperti Giorgio Muggiani, Calro Hintermann, Carlo Ardussi, dan petinggi lain memutuskan untuk keluar dari klub berjuluk I Rossoneri ini.
Para eks petinggi klub yang tak puas atas keputusan itu akhirnya membuat sebuah klub sepak bola anyar pada 9 Maret 1908 di Kota Milan. Klub tersebut diberi nama Foot-Ball Club Internazionale Milano atau Inter Milan.
Inter Milan diambil dari kata "Internazionale” yang berarti internasional dalam Bahasa Italia. Hal ini dimaksudkan sebagai prinsip dasar bahwa Inter Milan bakal menjadi klub yang terbuka bagi seluruh atlet sepak bola di dunia. Tidak ada lagi Italia sentris atau klub yang dikhususkan untuk pemain berdarah Italia.
Alhasil, kehadiran Inter Milan sebagai salah satu klub sepak bola di Italia turut meramaikan kompetisi resmi yang diikuti oleh kakak tirinya, AC Milan. Klub berjuluk Nerazzurri ini berpartisipasi di ajang Prima Categoria satu tahun setelah pendirian klub.
Kemudian, duel perdana yang kelak dikenal sebagai Derby della Madonnina ini terjadi pada 10 Januari 1909. AC Milan yang memiliki materi pemain diatas rata-rata dibandingkan sang adik sukses meraih kemenangan perdana di derbi ini dengan skor 3-2.
Meski begitu, kedua tim sejatinya sudah bertemu sebelumnya sesaat setelah pendirian Inter Milan. Kedua tim bertemu di ajang Chiasso Cup yang digelar di Swiss pada 1908. Saat itu, AC Milan juga sukses menekuk Inter Milan dengan skor 2-1. Namun, karena ini bukan kompetisi resmi, sehingga duel perdana ini tidak dianggap sebagai Derby della Madonnina jilid pertama.
Derby Milan dari Masa ke Masa
Sejak awal bergulir, Derby della Madonnina ini memang selalu menyuguhkan pertandingan ciamik. Apalagi kedua suporter masing-masing tim berada di satu tribun khusus kala derbi ini berlangsung. Pendukung AC Milan menduduki tribun bagian selatan (Curva Sud) dan pendukung Inter Milan menduduki tribun bagian utara (Curva Nord).
Pembagian tribun ini akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia dan kerap menjadi inspirasi para pendukung sepak bola ketika mendukung timnya bermain. Sehingga, tak ayal, Derby della Madonnina menjadi duel paling akbar di dunia yang selalu dinanti perhelatannya.
Namun, bila menilik ke belakang, Derby della Madoninna pada 1960-an menjadi tonggak awal duel ini digemari para pecinta sepak bola di dunia. Maklum, ketika periode tersebut, kedua tim dihuni oleh pemain-pemain papan atas.
Di kubu Inter Milan, ada nama-nama beken seperti Giacinto Facchetti, Sandro Mazzola dan Luis Suarez. Sementara, di kubu I Rossoneri ada pemain berkelas seperti Cesare Maldini, Gianni Rivera dan Jose Altafini.
Tak hanya materi pemain yang bertabur bintang, kedua tim ini juga dilatih oleh pelatih wadih pada masanya. Saat itu, AC Milan ditukangi oleh Nereo Rocco dan Inter Milan dinahkodai Helenio Herrera. Selain berkelas, kedua pelatih tersebut merupakan cikal bakal dari adanya strategi Catenaccio yang begitu terkenal di Italia.
Sehingga, tak dapat dipungkiri, kedua tim saling berlomba-lomba untuk mendapatkan trofi pada setiap kompetisi bergengsi. Hal ini dibuktikan kala AC Milan meraih trofi Liga Champions perdananya pada 1963, Inter Milan tak mau kalah dengan raihan trofi tersebut.
Nerazzurri saat itu langsung tancap gas di musim selanjutnya untuk meraih trofi perdananya di ajang Liga Champions. Benar saja, Inter Milan berhasil meraih trofi serupa pada 1964. Bahkan, tak hanya sekali, Inter Milan juga mendapatkan gelar juara kembali di tahun 1965. Sementara, AC Milan baru mendapatkan gelar Liga Champions yang kedua pada medio 1969.
Pasca persaingan dalam meraih trofi juara, hingga kini persaingan antara kedua tim ini terus berlanjut. Hingga tahun 2022, total laga yang dimainkan dala Derby della Madonnina mencapai 229 pertandingan. Dengan rincian Inter Milan berhasil memenangi 84 pertandingan dengan 316 gol dan AC Milan baru memenangi 77 pertandingan dengan 305 gol.
Berita Terbaru
Cara Maksimalkan Aroma Daun Jeruk agar Masakan Lebih Menggugah Selera
Cara Merawat Kelinci agar Sehat dan Panjang Umur
Profil Leatomu, Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Putri dari Belanda Keturunan Maluku
Cara Mandi Wajib Setelah Haid Beserta Doanya, Panduan Lengkap bagi Muslima
Awalnya Takut Lama-Lama Keterusan, Ini Penyebab Wanita Rentan Terjerumus Zina Menurut Buya Yahya
Tips Hilangkan Beruntusan di Dahi dengan Masker Madu dan Garam, Viral di Tiktok
Razman Merasa Dizalimi Setelah Jadi Tersangka Pencemaran Nama Baik Hotman Paris, Berkas Perkara P21
Cara Merawat Tanaman agar Tumbuh Subur dan Sehat
Tanda-Tanda Anak Cerdas Sejak Lahir hingga Usia 5 Tahun, Apa Saja Indikatornya?
Survei Terbaru Elektabilitas RK-Suswono di Bawah Pramono-Rano, PKS: Anak Abah Masih Banyak
Wajib Diketahui! 8 Bahan Dapur untuk Meredakan Asam Urat, Solusi Alami dan Efektif
Kapan Hari Ayah Indonesia? Ini Fakta dan Sejarah di Baliknya