Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, dikabarkan telah menghapus surat elektroniknya secara permanen. Surat yang biasa disebut email yang dihapus dari sever pribadinya dipakai sewaktu menjabat menteri luar negeri.
Informasi soal email Hillary yang dihapus itu diungkap oleh Trey Gowdy sebagai anggota Kongres dari Partai Republik sekaligus Ketua Komite Penyelidikan Kongres atas serangan ke konsulat AS di Benghazi, Libya.
Gowdy mengaku hal itu diutarakan oleh pengacara Hillary Clinton. "Mantan Menlu Clinton secara sepihak memutuskan secara permanen menghapus seluruh surat elektronik dari server pribadinya," kata Godwy dalam pernyataan tertulis yang dilansir laman The Hill, Selasa (31/3/2015).
Ia pun mengklaim telah meminta istri Bill Clinton itu untuk menyerahkan servernya ke inspektorat jenderal Departemen Luar Negeri supaya bisa ditelusuri secara independen. Akan tetapi, permintaan itu ditolah David Kendall, Pengacara Hillary.
"Tidak ada. Surat elektronik ketika dia menjabat sebagai menteri luar negeri di dalam server itu yang bisa dikaji. Bahkan jika langkah itu dianggap pantas atau mendapat kekuatan hukum," tulis Kendall menjawab permintaan Gowdy.
Kendall mengaku Hillary 'mempertahankan dan memiliki salinan' email yang berhubugan dengan tugasnya ataupun yang bepotensi berkaitan dengan tugasnya. Berkas itu disebutkan telah diserahkan ke Departemen Luar Negeri pada 2014.
Hillary disebutkan telah menyerahkan 55 ribu halaman surat elektronik kepada Deplu AS. Clinton pun meminta sekitar 30 ribu email diantaranya dirilis untuk umum setelah diperiksa oleh tim pemeriksa Deplu AS.
Gowdy menambahkan, dirinya masih belum mengetahui secara jelas kapan Clinton menghapus server itu. Namun, tampaknya penghapusan email di server itu dilakukan setelah Oktober 2014 ketika Departemen Luar Negeri meminta Clinton mengembalikan surat elektronik resminya.
(den/isk)
Â