Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah kalangan prihatin tentang kasus foto porno balas dendam yang selama ini kerap terjadi di jagat maya. Fenomena ini dikhawatirkan dapat memunculkan sebuah aplikasi yang memungkinkan orang tak bertanggung jawab untuk menyebarkan foto tak senonoh tersebut.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, layanan berbagi foto HotShots, kini tak mengizinkan siapapun untuk mengambil screenshot gambar berbau pornografi yang belakangan ini kerap `mengotori` server miliknya.
Sang pencipta aplikasi Hotshots, Shane Bell dan Derek Hayes, yang memiliki anak berusia antara 2 dan 14 tahun, khawatir bahwa fenomena sexting dan foto porno balas dendam akan terus berkembang.
Advertisement
Untuk mencegah hal tersebut, kedua pria asal Australia yang juga pendiri studio Sour Gun Entertainment tersebut terus berusaha memantau perkembangan HotShots, terutama dari segi grafis dan keamanan.
Jika seorang pengguna ingin mengirim foto, si penerima foto akan dapat melihat gambar yang telah diterima dengan jelas jika mereka menjawab dengan benar pertanyaan rahasia yang diajukan oleh pengirim.
Beberapa orang yang bekerja di sebuah pub, menganggap bahwa aplikasi ini bertujuan untuk menjaga orang-orang tetap aman. "Kami pikir aplikasi ini adalah sesuatu yang bisa membantu memecahkan masalah besar," kata mereka.
Mengutip laman Mirror, Senin (29/6/2015), HotShots saat ini dapat di-download secara gratis oleh pengguna Android. Bell dan Hayes berharap mereka bisa meluncurkan HotShots versi iOS pada bulan depan.
Istilah foto porno balas dendam sendiri merujuk pada gambar-gambar yang dimuat secara online, yang seringkali dilakukan oleh mantan pasangan usai putus hubungan.
Bisa juga dilakukan oleh pemeras yang menuntut uang tebusan untuk menghapus gambar-gambar itu, atau hacker yang mencuri foto-foto itu dari akun pribadi orang dan mengunggahnya di sejumlah website.
(isk/dhi)