Hati-hati, Media Sosial Bisa Merusak Moral

Hasil penelitian menemukan media sosial bisa membuat seseorang menjadi tidak bermoral.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Mar 2016, 19:17 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2016, 19:17 WIB
Ilustrasi Twitter dan Sosial Media
Ilustrasi Twitter, Jejaring Sosial, Media Sosial. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Selain sering dipermasalahkan sebagai perusak hubungan pertemanan dan kemampuan berkomunikasi, penelitian juga menemukan bahwa media sosial bisa membuat seseorang menjadi tidak bermoral.

Dilansir dari Mail Online, Kamis (10/3/2016), para peneliti juga mengungkapkan orang yang sering menggunakan media sosial memiliki moral yang kurang dan cenderung memiliki tujuan hidup yang dangkal.

Penemuan berlanjut pada media sosial seperti Twitter dan Facebook sering digunakan untuk meledakkan amarah.

Misalnya, diketahui pengguna lebih sering terlibat dalam memaparkan pemikiran secara reflektif tentang tindakan mereka dan dunia di sekitar mereka.

Kemudian muncul kekhawatiran mengenai penggunaan media sosial yang berlebihan, dapat memperparah kepribadian negatif seseorang seperti narsisme, rasa tidak aman dan perilaku kompulsif.

Logan Annisette, seorang psikolog dari University of Windsor di Ontario, Kanada yang memimpin penelitian ini mengatakan dampak moral yang dilihat juga dapat memiliki implikasi luas.

Ditulis dalam Personality and Individual Differences, dia dan timnya mengemukakan penggunaan yang sering dari sosial media dapat berpengaruh buruk pada pemikiran reflektif dan indikator moral.

Penelitian berfokus melihat ciri-ciri kepribadian, lewat perilaku SMS dan penggunaan media sosial dari 149 mahasiswa dengan meminta mereka melakukan kuesioner online.

Sekitar 95 persen dari peserta memiliki akun Facebook, sementara 68 persen menggunakan Twitter dan 64 persen menggunakan Instagram. Lebih dari setengah mengaku menggunakan media sosial kurang dari 10 menit tetapi dengan penggunaan berkali-kali.

Mereka yang menggunakan media sosial lebih sering cenderung memiliki sikap hedonisme, suka ketenaran, dan membangun pencitraan. Penelitian ini digambarkan sebagai ‘pendangkalan moral’.

Dia memprediksi jika penelitian lebih lanjut benar-benar menunjukkan dampak ini, hal tersebut akan menimbulkan ancaman untuk perkembangan intelektual, sosial dan moral. (Shabrina Aulia Rahmah/Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya