Liputan6.com, Jakarta - Dua mahasiswa India berusaha mencari jalan supaya WhatsApp mengubah kebijakan privasi yang mereka anggap mengancam hak jutaan penggunanya.
Upaya itu dilakukan dengan menantang Facebook ke ranah hukum. Kedua mahasiswa bernama Karmaya Singh Sareen dan Shreya Sethi ini mengajukan litigasi kepentingan umum, mirip dengan class action, di Pengadilan Tinggi Delhi. Keduanya meminta kebijakan privasi pada layanan pesan milik Facebook itu ditarik kembali.
Mereka meminta pengadilan memerintahkan pemerintah setempat membuat sebuah pedoman bagi aplikasi pesan instan. Tujuannya supaya privasi pengguna tak terganggu.Â
Baca Juga
Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari The Independent, Jumat (23/9/2016), dua hakim kini sedang memeriksa permohonan untuk mengeluarkan pemberitahuan kepada WhatsApp, Faceboook, pemerintah India, serta regulator operator telekomunikasi agar mengikuti jalannya pengadilan.
Dalam sesi dengar pendapat di pengadilan Delhi pekan lalu, WhatsApp menyebutkan layanan pesan itu tak bermaksud membagi data penggunanya dengan Facebook, kecuali hanya username dan nomor telepon yang dipakai penggunanya. Selain itu, WhatsApp mengatakan penggunaan aplikasi pesan itu bersifat sukarela.
Sebelumnya, Facebook memiliki sejarah terkait dengan tuntutan hukum atas privasi pengguna dan iklan. Dalam penyelesaian dengan Federal Trade Commision (FTC) di tahun 2011, Facebook setuju meminta izin pengguna sebelum mengubah praktik privasi. FCT juga sedang mencari tahu apakah perubahan privasi WhatsApp ini melanggar aturan tersebut.
Memang pertaruhan Facebook di India cukup banyak. Sebab di sana, Facebook punya sekitar 150 juta pengguna. Dengan angka tersebut, India bisa dibilang sebagai basis pengguna Facebook terbesar di luar Amerika Serikat. Bahkan, eMarketer menilai, India bakal jadi negara dengan populasi pengguna Facebook terbesar di dunia.
Basis Pengguna Facebook
Sementara, berdasarkan laporan Similiar Web pada bulan Mei, WhatsApp telah memiliki 70 juta pengguna di India. Ketika Facebook mengakuisisi WhatsApp pada 2014, banyak pengguna khawatir jejaring sosial raksasa itu bakal mengganti sifat dasar WhatsApp, yakni bebas dari iklan.
CEO WhatsApp Jan Koum saat itu mengatakan, tak akan ada yang berubah dari syarat dan ketentuan privasi WhatsApp untuk pengguna. Namun, dalam sebuah unggahan di blog, kepada pengguna, WhatsApp mengumumkan pesan terenkripsi mereka akan tetap bersifat privat dan tak ada yang bisa membaca selain pengguna itu sendiri, meski nomor telepon penggunanya bakal diintegrasikan dengan Facebook.
Singh dan Sethi dalam permohonannya mengatakan, perubahan privasi itu mengganggu keamanan, keselamatan, dan privasi data yang dimiliki penggunanya. Mereka menyebut, persetujuan pengguna tak ada artinya di India sebab para pengguna tak mengetahui konsekuensi dari perubahan kebijakan privasi ini. Mereka menganggap WhatsApp telah melanggar kepercayaan pengguna.
(Tin/Why)
Advertisement