Hati-Hati, Pengguna Snapchat Rentan Jadi Korban Kejahatan Siber

Hal ini demikian karena Snapchat tidak menggunakan enskripsi end-to-end meskipun gambar dan pesan yang dikirimkan akan hilang sendirinya.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Okt 2016, 16:42 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2016, 16:42 WIB
Snapchat
Snapchat (Sumber: Mashable).

Liputan6.com, Jakarta - Sejauh ini, Snapchat menjadi aplikasi berbagi video dan foto paling populer. Saking menariknya, beberapa alikasi populer lainnya ikut 'mencontek' Snapchat.

Contohnya saja, Instagram dengan fitur Instagram Stories, Facebook dengan Messenger Day, dan Line Messenger yang sebentar lagi akan menghadirkan fitur serupa.

Kendati demikian, kesuksesan Snapchat tampaknya tak diikutsertakan dengan pengamanan bagi para pengguna.

Soal pengamanan, seperti dikutip dari Slate, Jumat (28/10/2016), Snapchat mengantongi penilaian rendah, yakni 26 poin, dari Amnesty International.

Hal ini demikian karena Snapchat tidak menggunakan enskripsi end-to-end meskipun gambar dan pesan yang dikirimkan akan hilang setelah pengguna membukanya.

Justru menggunakan screenshot, pengguna dapat dengan mudahnya bisa mengambil pesannya. Pihak Amnesty menyebut bahwa sebetulnya privasi yang dinikmati pengguna palsu.

"Komunikasi kita terancam oleh cyber crime, hacker, dan mata-mata," ujar organisasi yang melindungi Hak Asasi Manusia ini pada situsnya.

Amnesty International juga menambahkan enkripsi digital adalah hak asasi manusia. Menurutnya, perusahaan seperti Snapchat wajib menerapkan enskripsi end-to-end sebagai standar perusahaan. 

(Raehan Maulida/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya