Pendiri Vine Kecam Penutupan Layanan oleh Twitter

Keputusan Twitter menutup Vine menuai reaksi dari pendiri layanan tersebut.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 28 Okt 2016, 14:08 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2016, 14:08 WIB
vine-131220b.jpg

Liputan6.com, California - Keputusan Twitter menutup Vine menuai reaksi dari pendiri layanan tersebut. Meskipun tak menyebut langsung, pendiri Vine Rus Yusupov disebut sempat mengungkapkan kekesalannya lewat Twitter.

Melalui unggahan singkatnya, Yusupov hanya menuliskan 'Jangan jual perusahaanmu!'. Kata-kata singkat itu disebut sebagai bentuk penyesalannya telah menjual Vine ke Twiter.

Dikutip dari Tech Crunch, Jumat (28/10/2016), sebelumnya pria asal Rusia itu tak pernah mengetahui rencana penutupan Vine. Ia baru mengetahui layanan itu ditutup setelah ada kabar dari media.

Penyesalan itu disebut beralasan sebab Vine yang dibentuk olehnya bersama Dom Hofmann dan Colin Kroll terbilang populer di awal peluncurannya. Bahkan, layanan itu sempat diproyeksikan untuk bersaing dengan Instagram.


Menurut Citi Group valuasi Vine saat di puncak popularitasnya ditaksir sekitar US$ 35 miliar atau sekitar Rp 456 triliun. Karena itu, menurut beberapa pihak, kicauan Rus itu merupakan bentuk kekesalannya karena sudah terburu-buru menjual Vine ketimbang menjalankannya lebih lama.

Vine resmi dijual ke Twitter pada Oktober 2012 dengan nilai US$ 30 miliar atau sekitar Rp 391 triliun. Yusopov sudah lama tak terjun langsung mengurus layanan itu karena dipecat kira-kira setahun lalu.

Sayangnya, sejak diluncurkan resmi pada Januari 2013, Vine tak mendapat cukup dukungan dari Twitter. Situs microblogging itu tak mampu menjaga kualitas produk, meskipun Vine sebenanya telah memiliki pengguna setia.

Perusahaan yang kini dipimpin oleh Jack Dorsey itu lebih memilih Periscope untuk dikembangkan sebagai layanan unggulan. Sementara Vine tak pernah mendapat dukungan penuh dan hanya memperoleh pembaruan-pembaruan minor.

(Dam/Why)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya