Liputan6.com, Bandung - Berkat menerapkan strategi pemasaran online, usaha kecil menengah Toko Serba Lada (Toserda) di Bandung mencatat pencapaian signifikan. Kala pertama buka pada 2010, kata CEO & Founder Toserda Willyhono, omzetnya sangat minim.
Dalam sehari, pembelian aneka makanan serba pedas itu tak menentu, bahkan pernah dalam satu pekan ia hanya mampu menjual produk dengan total nilai Rp150 ribu.
"Kami lalu mulai mencoba marketing online melalui Google tahun 2011 sampai sekarang. Setelah itu, pencapaian bisnis kami luar biasa," ujar Willyhono dalam acara "UKM Online Bandung Bersama Google Indonesia" di Marbella Hotel, Bandung, Rabu (7/12/2016).
Advertisement
Pencapain omzet tersebut, menurut pemaparannya, meningkat hingga 100 persen; total transaksi harian kini berkisar 60 transaksi dengan rerata kisaran nominal Rp2 juta.
Adapun Lukman Edi, pendiri Toserda menambahkan, dari transaksi tersebut, 40 transaksi adalah pembelian online, sedangkan sisanya membeli ke toko mereka di bilangan Pajajaran, Kota Bandung.
Pemesan bahkan sudah dari banyak negara maju di luar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris, Korea, dan Jepang. Mereka adalah orang Indonesia yang sedang bekerja di luar negeri.
Baca Juga
Demikian pula dengan pesanan dari dalam negeri, yang cenderung memesan ke Toserda karena semua produk pedas se-Indonesia lengkap tersedia, sehingga biaya pengiriman cukup sekali daripada pesan satu-satu ke beberapa produsen.
Ia mengatakan, perdagangan online juga membuat banyak pemasok menitip barang ke toko miliknya. Padahal dulu, dia mengenang, pernah ditolak salah satu produsen cemilan pedas untuk jadi reseller.
"Pemasok kami UKM dari seluruh Indonesia. Mereka tahu setelah melihat web, iklan, hingga Google Maps kami. Jumlahnya kini 50 supplier, ada yang dari Bandung, Jakarta, Sumatera, Surabaya, hingga Sulawesi," tutur Lukman.
Willyhono menambahkan, e-Commerce juga sangat fleksibel dalam alokasi anggaran perusahaan. Di musim biasa, ia pasang iklan kisaran Rp 500 ribu per bulan ke platform pemasaran Google.
"Tapi kalau lagi mau Lebaran, saya naikkan (menjadi) Rp 1 juta atau lebih karena bisnis makanan semua naik kalau lebaran. Ini menarik karena banyak yang setelah lihat iklan, mereka bookmark dulu, baru nanti order," kata Lukman.
Skema itu, dalam pandangannya, menjadi opsi menarik bagi banyak UKM karena biaya operasional turun drastis. Dengan empat karyawan saat ini di toko, ia menilai berbisnis secara online tetap lebih efektif dan efisien .
"Opsi biaya operasionalnya sangat fleksibel, tak terpaku nilai per bulannya. Beda dengan toko offline, pengeluaran pasti dan naik dalam bulan tertentu misal bayar THR. Kalau mau perluas toko offline, itu biaya mahal. Tapi dengan pemasaran online, ya biaya fleksibel," papar Lukman.
Data analisis juga tersedia lengkap dari layanan bisnis Google, sehingga ia bisa memelajari perilaku konsumen dengan lebih presisi. "Detail data dari Google Analytics memperlihatkan, yang beli itu (asal) kotanya dari mana, dia pake OS apa, tahu kami dari mana. Ini semua jadi bahan pola promosi kami," pungkas Lukman.
(Msu/Why)