Liputan6.com, Bandung - Pengamat pasar modal Universitas Padjajaran, Aldrin Herwany menilai kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) bakal meraih profitabilitas tinggi pada 2017. Sebab, tren bisnis tahun ini semakin dominan bergeser ke arah digital, terutama sektor financial technology (fintech) dan e-Commerce akan menjadi motor penggerak pertumbuhan perseroan.
Menurutnya, tahun ini perusahaan keuangan maupun non-keuangan akan mengandalkan sektor telekomunikasi dalam menunjang transaksi.
"Di sektor perbankan pertumbuhan, fintech akan semakin kuat. Sementara e-Commerce juga akan kian bertumbuh. Begitu juga dengan sektor ekonomi kreatif digital lainnya," kata Aldrin di Bandung, belum lama ini.
Advertisement
Kondisi itu, menurut dia, akan mengerek kinerja sektor telekomunikasi, tak terkecuali di lantai bursa. Ia menilai, di antara semua saham telekomunikasi, saham Telkom yang paling direkomendasikan dikoleksi karena kinerjanya yang cemerlang sepanjang 2016.
Tahun lalu, emiten dengan kode saham TLKM tersebut menjadi pemilik kapitalisasi pasar terbesar untuk sektor telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Telkom juga menjadi pemilik kapitalisasi pasar kedua terbesar di BEI secara keseluruhan setelah PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.
Pada penutupan 2016, Telkom tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 401,18 triliun, naik 28,18 persen dibandingkan saat menutup 2015 dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 312,98 triliun.
Pertumbuhan kapitalisasi pasar Telkom year on year (yoy) tersebut jauh melampaui rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada periode tersebut tumbuh 15,3 persen.
Baca Juga
Dikutip data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 30 Desember 2016, saham Telkom ditutup di Rp 3.980 per lembar. Harga ini naik dibandingkan posisi 30 Desember 2015 senilai Rp 3.105 per lembar.
Data yang dihimpun, emiten sejenisnya yang terdekat mencatat kapitalisasi pasar Rp 35,05 triliun dengan harga saham Rp 6.450 per lembar. Bahkan, ada yang harga sahamnya anjlok menjadi Rp 2.310 per lembar dari sebelumnya Rp 3.650 di akhir tahun 2015.
"Saham Telkom memang paling banyak direkomendasikan analis sepanjang 2016 untuk sektor telekomunikasi. Tahun ini pun masih recommended. Di sektor telekomunikasi, saham Telkom belum ada lawan," ujar Aldrin.
Hal itu, menurut dia, tidak terlepas dari persepsi positif pasar terhadap Telkom, khususnya dari sisi performa finansial. Oleh karena itu, lanjutnya, bersama saham blue chips lainnya, Telkom akan menjadi andalan untuk mengerek IHSG.
"Secara umum, tahun ini saham Telkom akan lebih dikejar investor, baik asing maupun lokal. Saham Telkom akan semakin aktif diperdagangkan," katanya.
Sementara itu, Lukman Elhakiem Syamlan, CEO Teman Trader, startup bidang saham menambahkan, pengukuran kinerja TLKM bisa dilakukan dengan merujuk saham emiten sejenis, IHSG, serta saham-saham yang masuk blue chips.
Dengan merujuk emiten sejenis dan IHSG, saham Telkom masih unggul sekalipun bukan yang terbaik dalam kelompok blue chips.
(Msu/Isk)