Kebijakan Imigrasi AS Bikin Karyawan Teknologi Tak Fokus Bekerja

Kebijakan imigrasi yang dikeluarkan oleh Donald Trump ternyata juga membuat karyawan imigran di perusahaan teknologi tak fokus bekerja.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 30 Jan 2017, 13:40 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2017, 13:40 WIB
Karyawan teknologi
Karyawan imigran Kasra Rahjerdi mengaku tak fokus bekerja gara-gara kebijakan imigrasi yang diambil oleh Presiden Trump (Sumber: CNN Money)

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan imigrasi Amerika Serikat (AS) yang baru saja ditandatangani oleh Presiden Donald Trump menjadi sorotan banyak orang, termasuk perusahaan teknologi.

Sejumlah raksasa teknologi seperti Google, Microsoft, Facebook, Apple dan lain-lain mengungkapkan penolakan pada kebijakan yang melarang imigran dari tujuh negara muslim masuk ke Amerika Serikat selama 90 hari ke depan.

Para pemimpin perusahaan teknologi menyebutkan, tak sedikit karyawan mereka yang terdampak kebijakan tersebut. Salah satunya adalah Mobile Team Lead Stack Overflow Kasra Rahjerdi. Imigran asal Iran ini datang ke AS pada November 2001. Kemudian, baru pada tahun 2014 Rahjerdi menjadi warga negara AS.

Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari CNN Money, Senin (30/1/2017), nenek Rahjerdi merupakan pemegang green card AS. Sang nenek hendak melakukan perjalanan ke Iran pada Maret 2017 untuk keperluan medis. Gara-gara kebijakan ini, keluarganya pun khawatir.

"Kalau nenekku pergi ke Iran, kami tak yakin ia bisa kembali," katanya.

Rahjerdi mengatakan, meskipun banyak CEO dan karyawan perusahaan teknologi yang menentang kebijakan imigrasi Trump, atmosfer kantor tak selalu menerima karyawan imigran dengan baik.

Pendiri sekaligus CEO Stack Overflow Joel Spolsky sebelumnya mengadakan rapat terbuka. Ia mengatakan kepada karyawannya, meskipun masa depan tak menentu, karyawan harus saling mendukung satu sama lain.

"Tetapi pada hari berikutnya, karyawan yang memilih Trump melayangkan keberatan ke HDR mengenai rapat terbuka itu," tutur Rahjerdi.

Gara-gara suasana kantor yang tak mendukung, Rahjerdi tak terlalu sering pergi ke kantor. Saat ia bekerja dengan koleganya, Rahjerdi bertanya-tanya 'apakah kalian tidak menginginkan saya ada di negara ini?'

Bahkan, saking kepikirannya dengan kebijakan imigrasi, Rahjerdi juga mengaku tak fokus dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.

"Aku tak bisa melakukan pekerjaanku sebagai programmer sekarang. Aku melihat komputerku, sekaligus bertanya-tanya apa yang akan ditanyakan ibu tentang nenekku melalui pesan singkat," tuturnya.

Pria 25 tahun itu juga telah bicara dengan beberapa temannya di perusahaan teknologi yang juga mengalami masalah serupa. Ia merasa cemas, apakah kebijakan imigrasi bakal berdampak pada mereka.

(Tin/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya