Liputan6.com, Jakarta - Selama ini pornografi dan pornoaksi--selanjutnya ditulis porno--sudah cukup sering dibahas dari dua aspek yakni agama dan moralitas. Namun sebetulnya, masih ada aspek lain yang tak kalah penting dari keduanya yaitu keamanan, terutama bagi mereka yang gemar mengakses situs porno di internet.Â
Diakui atau tidak, aspek ini cenderung masih diabaikan. Namun perlu diketahui, ketika mengakses situs porno, sebetulnya seseorang sedang dibayang-bayangi oleh lima bahaya keamanan.Â
Merangkum Make Use Of, Rabu (21/03/2017), inilah lima (5) bahaya keamanan di balik situs porno.
Advertisement
1. Pelacakan pengguna
Di internet banyak orang atau pihak tertentu yang menjadi target pelacakan. Mereka dapat mengetahui banyak hal seperti situs web yang orang tersebut sering kunjungi, kata kunci yang digunakan di mesin pencari, dan sebagainya.
Data yang mereka dapat dari pelacakan ini, akan mereka gunakan untuk berbagai tujuan, salah satunya membuat profil orang tersebut.
Pada umumnya profil semacam ini selanjutnya digunakan untuk tujuan pemasaran sebuah produk--bisa berupa aplikasi, misalnya. Sesudah profil orang itu selesai dibuat, disadari atau tidak, orang itu akan selalu menemukan iklan yang relevan dengan minat dan ketertarikannya. Hal yang lebih mengerikan adalah profil ini dapat digunakan untuk mengompilasi riwayat browsing.
Karena itu, kalau kamu suka mengakses situs porno, mencari konten porno di Google atau mesin pencari lainnya, dan lain-lain, jangan kaget kalau menemukan iklan-iklan yang juga nyerempet ke minat dan ketertarikan kamu terhadap konten porno.Â
2. Kebocoran Data dan Pelanggaran
Satu kunjungan ke situs porno mungkin saja menyebabkan kamu menjadi korban pemerasan atau fitnah di masa depan. Entah itu situs porno betulan, atau situs lainnya yang mungkin terlihat lebih 'polos' seperti situs kencan online. 'History' pengguna di situs itu bisa saja dimanfaatkan dalam konteks negatif.
Baca Juga
Tanya saja para (mantan) pengguna situs Ashley Madison. Ketika basis data situs ini diretas dan dirilis ke publik, jutaan kasus perselingkuhan pun terungkap.
Tidak hanya itu, informasi yang dirilis juga meliputi beberapa hal lain, seperti preferensi atau kecenderungan seksual dan data geografis. Sejumlah orang, gara-gara ini semua, menghadapi banyak hinaan, atau bahkan lebih parah lagi, kehidupannya terancam.
Jebakan dan Penipuan
3. Jebakan dan Penipuan
Ketika bicara soal situs porno, penipuan adalah salah satu hal umum lainnya. Orang yang dengan senang hati mengeluarkan sejumlah uang demi konten porno, rentan terhadap penipuan yang menanti di balik setiap tautan dari konten tersebut.
Kamu mungkin penasaran, kok ada orang yang rela mengeluarkan sejumlah uang, padahal banyak konten porno gratis? Ternyata, kebanyakan pengakses situs porno berbayar menginginkan konten porno yang sangat spesifik dan khusus.
Selain itu, perlu diketahui pula ada banyak penipu yang memanfaatkan keinginan sejumlah pengguna yang tak terpuaskan.
Sesudah pengguna terpikat oleh uji coba (trial) layanan konten porno tertentu dengan harga murah atau bahkan gratis, langganan yang sejatinya penipuan ini secara otomatis akan memperbarui harganya hingga selangit. Tiba-tiba, pengguna akan dikagetkan dengan tagihan ratusan dolar setiap bulan, misalnya.
Kamu kira itu sudah cukup mengerikan? Salah! Masih ada hal lain yang lebih mengerikan yakni ransomware--sejenis malware.
Saat pengguna mengunjungi situs porno, pengguna mungkin saja terinfeksi ransomware yang mengunci komputernya dan mengancam melakukan sesuatu yang tidak diinginkan pengguna tersebut--misalnya membeberkan riwayat si pengguna kepada publik, melaporkannya ke otoritas berwenang terkait konten porno anak di bawah umur, dll--kecuali pengguna membayar sejumlah uang yang ditetapkan si penipu.
Advertisement
Malware dan Hukum
4. Malware
Poin sebelumnya telah membahas ransomware, tetapi malware secara umum juga merupakan salah satu masalah serius yang mungkin dihadapi pengakses situs porno.
Pada dasarnya situs porno tidak mendistribusikan malware yang dimaksud. Mereka hanya ingin pengguna kembali dan tetap mengakses layanan mereka, sehingga tidak benar-benar masuk akal untuk mempertaruhkan reputasi mereka dengan cara demikian. Situs porno legal (seperti di Amerika Serikat) tidak akan menambah masalah pada penggunanya.
Namun, ada hal yang disebut malvertising (malware advertising) dan ini adalah masalah sebenarnya. Singkat kata, malware lebih sering didistribusikan melalui jaringan periklanan.
Satu kali klik di sebuah tautan akan mengantarkan seseorang mengunduh virus, trojan, worm, atau malware lainnya di luar sana, yang mungkin saja berkamuflase sebagai aplikasi atau program tertentu.
5. Berhadapan dengan Hukum
Pengakses situs porno boleh jadi berhadapan dengan hukum, jika tidak berhati-hati. Konten porno dengan objek anak-anak di bawah umur tengah merajalela dan masalah ini makin buruk.
Files dari tembolok (cache) di browser tidak dihitung sebagai kepemilikan, sehingga melihat sesuatu yang ilegal secara online juga tidak akan dihitung sebagai kepemilikan dari media tersebut, meskipun salinan files itu berada pada komputer pengguna. Namun, file ilegal masih dapat menemukan jalannya ke sistem pengguna dengan cara lain.
Kembali ke tahun 2010, para pelaku kriminal menyimpan file porno anak, ke komputer milik seseorang tak bersalah melalui virus. Jika terinfeksi, komputer milik orang itu akan memiliki konten porno anak tanpa ia sadari--dan hal yang menakutkan adalah, perkataan "Saya tidak tahu" juga merupakan pembelaan dari pelaku pedofil.
Jika pengguna terinfeksi jenis malware seperti ini dari situs porno, ia bisa saja menghabiskan bertahun-tahun di balik jeruji besi.Â
Sementara orang-orang yang mendapatkan konten porno melalui situs berbagi file (file sharing), juga bisa dituntut atas pelanggaran hak cipta. Ini pun merupakan masalah yang mungkin saja muncul, jika mereka mengakses konten porno melalui torrent streaming.
(Why/Isk)