Bos dan Ratusan Karyawan Didepak, Bagaimana Nasib Alfacart?

Bagaimana nasib Alfacart setelah mengumumkan penutupan layanan marketplace-nya?

oleh Jeko I. R. diperbarui 23 Jun 2017, 14:38 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2017, 14:38 WIB
Jaringan Besar Alfamart Dukung Bisnis Alfacart.com
Didukung dari 7.000 toko Alfamart yang tersebar di Indonesia turut mendukung bisnis Alfacart.com dengan jaringan terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - Diwartakan sebelumnya, e-Commerce milik Alfamart, Alfacart, telah mengumumkan menutup layanan marketplace-nya. Walau demikian, Alfacart tak akan ditutup permanen.

Perusahaan yang berada di bawah PT Sumber Trijaya Lestari (STL) yang juga sebagai entitas dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (SAT) ini akan melakukan restrukturisasi organisasi dan perubahan model bisnis.

Jika dulunya Alfacart mengusung model bisnis marketplace, kini Alfacart justru akan berfokus sebagai penunjang bisnis SAT. Bisa disimpulkan, Alfacart hanya akan menjadi kanal digital untuk Alfamart.

Restrukturisasi organisasi yang disetir SAT juga berdampak pada jajaran eksekutif Alfacart yang akhirnya mengundurkan diri, mulai dari CEO Catherine Hindra hingga CMO Haryo Suryo Putro. 

Bahkan, 50 persen karyawan (sekitar 100 orang) juga di-layoff dengan alasan perampingan struktur organisasi. Kendati demikian, para jajaran eksekutif ini akan tetap bertugas untuk membantu proyek strategis dari SAT. 

“Kami tidak menutup operasional Alfacart, melainkan melakukan perubahan model bisnis untuk meningkatkan sinergi Alfamart. Ke depannya, kami akan terus mendukung bisnis Alfacart seperti yang sudah-sudah,” kata Hans Prawira, Presiden Direktur SAT melalui keterangannya.

Pada saat yang sama, Catherine Hindra selaku CEO dari Alfacart juga membenarkan bahwa jajaran eksekutif tak lagi akan menggawangi e-Commerce tersebut.

“Setelah berdiskusi dengan pemegang saham, kami mengambil keputusan bahwa Alfacart akan terus beroperasi dan melayani masyarakat sebagai digital extension dari Alfamart Group,” jelas Catherine.

Wanita yang juga sempat memimpin Zalora Indonesia ini mengungkap adanya perbedaan visi yang mendasari keputusan para eksekutif pimpinan, untuk mengundurkan diri dari sisi operasional bisnis perusahaan.

"Kami percaya bahwa bisnis digital groceries atau kebutuhan sehari hari di Indonesia memiliki potensi besar. Baik sebagai bagian dari grup maupun secara individual, kami akan tetap menggarap industri ini di masa yang akan datang," pungkasnya.

(Jek/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya