Satelit Telkom 1 Hancur Berkeping-keping di Luar Angkasa?

Perusahaan yang memantau orbit satelit mengungkap bahwa satelit Telkom 1 milik Telkom telah hancur berkeping-keping.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 31 Agu 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2017, 17:15 WIB
Telkom 1
Gambar pantauan dari ExoAnalytics yang menduga satelit Telkom 1 telah hancur berkeping-keping (Sumber: Ars Technica)

Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan kemarin, satelit milik PT Telkom Indonesia, Telkom 1 mengalami anomali. Hingga Rabu, 30 Agustus, Telkom menyebut penyebab anomali pada satelit Telkom 1 belum diketahui dan pihaknya masih terus melakukan investigasi.

Namun, kini nasib satelit Telkom 1 perlahan mulai terkuak. ExoAnalytic, sebuah perusahaan Amerika Serikat yang melacak keberadaan objek di orbit geostationer, menunjukkan satelit tersebut kemungkinan hancur berkeping-keping. 

Geostationer merupakan lokasi orbit dengan jarak sekitar 36.000 km di atas Bumi. Orbit itu memungkinkan satelit mempertahankan posisi mereka tetap di atas Bumi. 

Mengutip Ars Technica, Kamis (31/8/2017), ExoAnalytic menggunakan algoritma untuk meninjau data yang dikumpulkan 165 teleskop optik untuk mengetahui kondisi di orbit. Salah satu teleskop optik di Australia Timur menangkap penampakan satelit itu telah hancur.

CEO ExoAnalytics Dough Hendrix mengungkapkan, teleskop itu menangkap banyak material reflektif yang berasal dari objek di luar angkasa. "Material tersebut bisa jadi merupakan panel surya, bahan bakar, atau puing lainnya (dari satelit Telkom 1). Kami tidak begitu mengetahuinya," kata Hendrix dalam wawancaranya.

Sekadar diketahui, Telkom 1 merupakan satelit kedua dalam dua bulan terakhir yang mengalami masalah pada orbit geostationer. Sebelumnya, pada 17 Juni 2017, operator satelit Luksemburg berbasis SES juga kehilangan sebagian kontrol terhadap sebuah satelit yang ada di orbit geostationer.

Exoanalytic diketahui memantau setidaknya 2.000 objek di orbit geostationer, termasuk objek kecil. Dari jumlah tersebut, seperempatnya adalah satelit, gabungan aset militer, cuaca, dan aset komunikasi. Sementara sisanya adalah puing-puing.

"Saya tidak tahu apakah ada yang tahu berapa banyak populasi di orbit geostationer, tapi puing-puing yang diduga dari pecahan satelit itu menambah banyaknya objek yang ada di sana," kata Hendrix tentang puing yang kemungkinan pecahan dari satelit Telkom 1.

Sekadar diketahui, Telkom 1 diluncurkan pada 12 Agustus 1999. Satelit Telkom 1 kini berusia 18 tahun. Telkom berencana membuat satelit ini beroperasi hingga 2018, sebelum satelit penggantinya diluncurkan ke orbit.

Untuk menjaga agar orbit geostationer tetap bersih dari puing satelit lawas, operator satelit umumnya menaikkan pesawat ruang angkasa mereka ke "kuburan" satelit yang terletak di atas geostationer pada akhir masa operasinya. Namun menurut ExoAnalytics, Telkom 1 kini telah hancur berkeping-keping dan tak jelas apakah masih bisa dinaikkan ke "kuburan" satelit atau tidak.

Investigasi Penyebab Anomali

Sebelumnya, dalam konferensi pers di Gedung Kemkominfo, Jakarta, Rabu 30 Agustus 2017, Direktur Utama Telkom, Alex J Sinaga mengungkapkan pihaknya berkoordinasi dengan Lockheed Martin untuk mencari tahu penyebab anomali yang membuat layanan satelit Telkom 1 terganggu itu.

"Koordinasi yang kita lakukan sama seperti yang seharusnya dilalukan semua operator satelit. Sampai saat ini penyebabnya masih didalami, baik Telkom atau pabrikan pembuatnya," ujar Alex.

Menurut Alex, sambil menunggu hasil penyelidikan, Telkom fokus untuk mengoptimalkan pelayanan terhadap pelanggan. Pihaknya memastikan tindakan pemulihan (recovery) layanan satelit Telkom 1 berjalan lancar.

Ia menekankan, seluruh SDM Telkom fokus untuk mempercepat migrasi pelanggan, baik dalam menyiapkan kapasitas transponder pengganti maupun re-pointing antena satelit. Adapun transponder satelit Telkom 1 dimigrasikan ke satelit Telkom 2, Telkom 3S, hingga satelit asing yang disewa Telkom.

Tercatat, satelit Telkom 1 memiliki 63 pelanggan dengan alokasi 29,26 Transponder Equivalent (TPE) dan jumlah site mencapai lebih dari 15.000. Saat ini kecepatan pemulihan site mencapai 1.500 site per hari.

"Kalau pemulihan mencapai 1.500 site setiap hari, pada 10 September sudah selesai semuanya. Masih ada sisa 11 hari lagi, jadi mudah-mudahan bisa lebih cepat. Kami mengerahkan 1.000 orang untuk re-pointing dari Sabang sampai Merauke," tutur Alex.

Sekadar informasi, Telkom 1 merupakan satelit buatan perusahaan aeronautika asal Amerika Serikat yang bernama Lockheed Martin.

(Tin/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya