Liputan6.com, Jakarta - Setelah dugaan kebocoran data pengguna di Facebook, Alex Stamos, selaku Chief Security Officer Facebook, diisukan hengkang dari perusahaan media sosial itu.
Kabar tersebut pertama dirilis oleh The New York Times (NYT) pada Senin (19/3/2018) waktu setempat. Berbekal informasi dari seorang sumber anonim, NYT memberitakan Stamos meninggalkan pekerjaannya di Facebook.
Advertisement
Baca Juga
Sumber anonim yang memberi keterangan ke NYT berkata, Stamos membuat gelisah pejabat Facebook yang lain seperti Sheryl Sandberg. Alasannya, Stamos dianggap agresif ingin mengungkap keterlibatan Facebook di tengah isu campur tangan Rusia di Pemilu Amerika Serikat (AS).
Menanggapi kabar tersebut, Stamos langsung memberikan klarifikasi lewat akun resmi Twitternya.
Despite the rumors, I'm still fully engaged with my work at Facebook. It's true that my role did change. I'm currently spending more time exploring emerging security risks and working on election security.
— Alex Stamos (@alexstamos) March 19, 2018
"Walaupun ada beragam rumor, saya masih berperan secara penuh pada pekerjaan saya di Facebook. Yang benar ialah peran saya berubah. Saya saat ini menghabiskan waktu memeriksa risiko keamanan yang mencuat dan bekerja dalam keamanan pemilu."
Stamos turut membatah keterangan yang dirilis NYT perihal Rusia, ia menyatakan tidak ada eksekutif di Facebook yang mencegah penyingkapan apapun perihal dugaan intervensi Rusia.
Tidak Ada Penerobosan Sistem
Pusat kontroversi kebocoran data ini berasal Cambridge Analytica. Perusahaan konsultasi tersebut ditenggarai hobi membuat kuis kepribadian abal-abal di Facebook, dan data yang diambil diduga disetor untuk dipakai kepentingan politik.
Stamois sempat mencuitkan pendapatnya di Twitter sebelum dihapus.
"Kogan tidak menerobos sistem apapun, tidak lolos dari kontrol teknis, atau memakai cela di software kami untuk mengumpulkan data dari yang diizinkan. Namun ia menyalahgunakan data yang ia kumpulkan, tapi itu tidak berarti ada 'penerobosan'", ucapnya.
"Si peneliti yang dipertanyakan, Aleksandr Kogan, menarik beberapa ratus ribu data individual untuk menggunakan login Facebook ke kuis kepribadiannya pada 2014. Ia berbohong kepada para pengguna dan berbohong pada Facebook perihal apa yang ia gunakan dengan data-data itu," tambah Stamos.
Advertisement
Investigasi Pemerintah
Pihak pemerintah Inggris dan senator di AS pun meminta penjelasan dari Mark Zuckerberg perihal kejadian seperti ini.
Senator partai Demokrat Ron Wyden, yang seorang pendukung Hillary Clinton, mengirimkan surat ke FB untuk memberikan penjelasan perihal kebijakan Facebook dalam membagi data pengguna ke pihak ketiga.
Pihak berwajib Britania Raya juga berencana untuk menggeledah kantor Cambridge Analytica di London.
Uni Eropa juga melakukan ancang-ancang untuk menginvestigasi Facebook dan Cambridge Analytica karena isu ini berkaitan dengan privasi warga mereka.
(Tom/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Â