2 Aplikasi yang Dapat Mencederai Hubungan Percintaan

Bagi kamu yang sudah punya pasangan, lebih baik mengurangi pemakaian dua aplikasi ini.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Mar 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2018, 09:00 WIB
Pasangan Bertengkar
Ilustrasi Foto Pasangan Bertengkar (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Berbeda dengan zaman dulu, sekarang hanya butuh smartphone untuk membangun koneksi dengan orang lain, atau sekadar mengintip profil.

Contoh, sekarang orang dengan mudah bisa melihat foto-foto seseorang yang memiliki tampilan fisik menarik lewat aplikasi smartphone.

Bila seseorang masih lajang, mungkin hal itu wajar. Akan menimbuhkan masalah bila sudah punya pasangan tapi masih sering melihat foto-foto orang lain, atau bahkan memakai aplikasi kencan.

Dilansir dari Recode pada Jumat (23/3/2018), ahli psikoterapi Esther Perel mengungkapkan bahwa aplikasi seperti Instagram dan Tinder dapat 'mencederai' hubungan dengan pasangan.

Lebih lanjut, Perel menjelaskan ketergantungan pada smartphone juga menciptakan rasa kesepian meskipun ada pasangan di sebelah kita.

Perel memberi contoh saat salah satu pasiennya bercerita kalau pasangannya malah tidak bisa diajak bercakap-cakap karena sibuk memakai smartphone.

"Aku menjadi kesepian! Aku ingin mengobrol, ingin berbicara, ingin menjalin hubungan. Pasangan saya malah asyik sendiri (memakai aplikasi Instagram)," kata Perel menirukan keluhan pasiennya.

Ia melanjutkan kecanduan pada smartphone seperti itu akan menciptakan rasa kehilangan yang ambigu, yakni ketika pasangan kita hadir secara fisik tapi rasanya ia absen dari hubungan.

Masalah yang Timbul dari Aplikasi Kencan

Pasangan Harmonis
Ilustrasi Foto Pasangan Harmonis (iStockphoto)

Perel melanjutkan efek dari kehadiran dari aplikasi kencan dapat menjadi kontraproduktif dalam pencarian pasangan.

"Bila aku punya pilihan antar dua orang, itu akan terlalu membatasi. Jika aku memiliki pilihan antara enam atau 10 atau 15 orang, maka itu akan lebih baik. Ketika aku punya pilihan antara 1.000 orang, itu akan membingungkan," ucap Perel.

Ester melihat fenomena adanya banyak calon yang dapat dicari lewat smartphone dapat membuat orang kesulitan untuk berkomitmen karena takut kehilangan sesuatu yang lebih asyik.

"Kamu jadi terus-terusan mengecek untuk memastikan tidak ada yang lebih baik," ucapnya.

Ester menambahkan bahwa sekarang ritual komitmen adalah menghapus-hapus aplikasi sebagai tanda sudah menemukan jodoh.

Mungkin ada baiknya bila pengguna smartphone bijaksana dalam memakai aplikasi agar fokus dulu pada pasangan yang di sisimu.

Generasi Milenial Kurang Tertarik Pada Pernikahan

Ilustrasi kesepian kesendirian
Ilustrasi (iStock)

Generasi milenial sendiri memiliki prinsip tersendiri tentang pernikahan. Mereka cenderung tak begitu tertarik dengan kehidupan tersebut.

Sebagian besar alasannya adalah karena tingkat perceraian yang tinggi dari generasi sebelumnya, membuat generasi milenial lebih berhati-hati dalam hal pernikahan.

Jika beberapa pasangan menunggu lebih lama untuk menikah, yang lain memilih untuk tidak menikah sama sekali. Demikian dilansir dari brit.co.

Menurut Pew Research, ada 18 juta pasangan generasi milenial yang memilih untuk tinggal bersama dan tidak menikah pada tahun 2016.

Ternyata, ada beragam alasan untuk tidak menikah bagi beberapa pasangan, seperti masalah pengelolaan keuangan, tingginya anggaran perawatan kesehatan, dan pengaturan logistik yang rumit.

Tinggal bersama dan tidak menikah dianggap dapat menjamin pilihan hidup masing-masing, sambil tetap berkomitmen satu sama lain tanpa merepotkan.

Generasi milenial merasa lebih bahagia dan lebih sehat dengan tidak menikah. Mungkin rasanya tidak masuk akal bagi kamu yang berasal dari beberapa generasi sebelumnya.

Namun, gaya hidup adalah pilihan masing-masing individu dengan alasan dan kenyamanan tersendiri.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya