Rencana Telkom Pacu Bisnis Internasional Lewat Telin

Telkom terus memacu program International Expansion (Inex) dengan mengandalkan anak usahanya, Telin.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 17 Apr 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 14:30 WIB
Telin
Telin (sumber: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terus memacu program International Expansion (Inex) dengan mengandalkan anak usahanya, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin). 

"Telin berhasil menambah wilayah operasinya dan terus melakukan ekspansi layanan. Terbaru, adalah menambah data center di luar negeri dengan NeutcentrIX HK-1 di Hong Kong," tutur Direktur Wholesale & International Services Telkom Abdus Somad Arief, dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Selasa (17/4/2018). 

Ia menuturkan, saat ini Telin telah beroperasi di Singapura, Hong Kong, Timor Leste, Australia, Malaysia, Amerika Serikat, Myanmar, Macau, Taiwan, Selandia Baru, dan Arab Saudi. Adapun beberapa bisnis yang digeluti Telin adalah platform, managed network & security, data center, connectivity, dan lainnya. 

Telin juga mengelola 19 kabel laut internasional dengan panjang mencapai 163.5 ribu kilometer atau empat kali keliling khatulistiwa. Selain itu, perusahaaan juga memiliki 57 Point of Presence (PoP) di 27 negara dan mengelola 4 data center di luar negeri dengan merek NeutcentrIX. 

“Bicara pertumbuhan pendapatan Telin dari bisnis internasional sangat menjanjikan. Tahun lalu growth revenue dari bisnis global Telin itu 23 persen, tahun ini bisa lebih besar karena terus ekspansi,” tuturnya.

Chief Marketing Officer Telin Budi Satria Dharma Purba menuturkan, saat ini bisnis wholesale di internasional mengalami perubahan dari konektivitas ke data center, managed service, dan lainnya.

“Jika dilihat pertumbuhan tahunan 2016-2022, kontribusi konektivitas itu menurun bagi pasar wholesales. Pada 2016 masih 41 persen dari total pasar, tapi 2022 menjadi 28 persen. Bisnis yang naik di wholesale internasional itu data center dan platform dengan kontribusi mencapai 46 persen pada 2022,” ujarnya. 

Lebih lanjut ia menuturkan, kondisi pasar global itu sebenarnya sama apabila melihat pasar wholesale internasional di Indonesia. Pada 2016, kontribusi konektivitas masih 84 persen, tapi pada 2022 menjadi 65 persen.

Rencana Telin ke Depan

Telin
Direktur Wholesale & International Services Telkom Abdus Somad Arief (sumber: istimewa)

“Ini menjadikan Telin harus meningkatkan kapabilitas agar bisa bersaing di pasar global. Meningkatkan kapabilitas itu bisa dengan inorganic path, seperti melakukan merger atau akuisisi, partnership atau kolaborasi, hingga meningkatkan layanan dan produk,” katanya. 

Abdus Somad menambahkan posisi Telin sangat strategis karena tak hanya menggarap pasar internasional, tapi juga mendatangkan potensi bisnis internasional ke Indonesia.

"Kami siap menjembatani para pemain global yang ingin menggarap potensi pasar Indonesia, melalui Telin kita juga siap membawa pengalaman yang ada di Indonesia ke pasar global. Saat ini ada sekitar 130 wholesaler partnes-nya Telin di pasar global," tuturnya.

Investasi ke Telkom

Rayakan HUT RI, Telkom Tebar Layanan Gratis & Diskon
Berbagai pihak turut merayakan Hari Ulang Tahun (HHUT) ke-70 Republik Indonesia (RI), termasuk PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom).

Mengutip Info Memo Keuangan Telkom 2017, portfolio wholesale and bisnis internasional dari Telkom telah menghasilkan pendapatan Rp 7,4 triliun. Jumlah itu tumbuh 26,8 persen dibandingkan 2016 sebesar Rp5,83 triliun.

Melihat kinerja dan konsistensi Telkom tersebut, 23 analis dari 31 analis yang disurvei Bloomberg belum lama ini, merekomendasikan beli bagi saham dari operator pelat merah ini.

Meski saham Telkom mengalami sempat mengalami gejolak, analis memproyeksikan harganya hingga akhir tahun bisa mencapai di kisaran Rp 4.732 per lembar.

Telkom juga masih menjadi salah satu primadona bagi investor di bursa saham karena menjanjikan tingkat pengembalian ekuitas, return on equity (ROE) yang baik.

ROE perusahaan sebesar 24,9 persen pada periode 2012, lalu sebesar 23,7 persen pada periode 2013. Sementara perusahaan juga mendapat ROE sebesar 21,4 persen pada periode 2014, lalu sebesar 20,6 persen pada periode 2015, dan 22,9 persen pada periode 2016.

Karenanya, perusahaan dengan ROE yang cukup besar hingga di atas 20 persen selama periode 2012 sampai dengan 2017, menandakan perusahaan memberikan hasil yang cukup baik sekali.

Jika nilai ROE ini dibandingkan dengan ekspektasi atas investasi berinvestasi, investasi ke Telkom dapat dikatakan memberikan hasil yang cukup baik. Bahkan, investasi pada Telkom dapat lebih tinggi dari perusahaan lain, termasuk perbankan.

(Dam/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya