Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 80 persen akun Twitter yang menyebarkan berita palsu, ternyata masih aktif sejak 2016.
Hal ini terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh Knight Foundation tentang bagaimana berita palsu tersebar di Twitter.
Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Softpedia, Senin (8/10/2018), Knight Foundation menggunakan sebuah tool dari perusahaan intelijen media sosial bernama Graphika untuk melacak dan mengalisa 700 ribu akun Twitter, yang mencuitkan konten-konten yang dipublikasikan oleh 600 outlet penyebar berita bohong.
Advertisement
Konten-konten berita palsu tersebut telah disebarkan sebanyak 10 juta kali.
Baca Juga
Berdasarkan hasil analisa, akun-akun bot berada di balik mayoritas cuitan-cuitan berisi informasi palsu yang menyebar di Twitter.
Lebih lanjut, sebagian besar dari akun-akun ini telah dirancang untuk menjalankan kampanye terkoordinasi guna mendorong tersebarnya berita palsu.
Penelitian dari tim Knight Foundation menemukan bahwa dari semua akun Twitter yang dipakai untuk menyebarkan informasi palsu, 80 persen di antaranya sudah aktif sejak 2016.
Saat itu, informasi palsu terkait Pilpres AS memang menyebar dengan jumlah cuitan satu juta cuitan per hari.
Upaya Twitter Dipertanyakan
Hasil studi ini kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan dan upaya Twitter dalam mendeteksi dan memblokir akun yang menyebarkan berita-berita palsu.
Lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa 10 penyedia konten berita palsu terhubung dengan 65 persen akun Twitter bot.
Masalah besar lainnya, ada 9 dari 10 penyedia berita palsu terkait dengan akun bot baik sebelum maupun setelah Pilpres AS 2016.
Sampai saat ini, akun-akun tersebut digunakan untuk menyebarkan informasi palsu terkait berbagai sumber.
Dalam keterangannya di depan Senat Amerika Serikat, CEO Twitter Jack Dorsey telah menonaktifkan antara 8,5 juta hingga 10 juta akun Twitter tiap minggu pada 2018.
Akun-akun tersebut dinonaktifkan gara-gara menyebarkan spam dan diduga merupakan akun bot.
Advertisement
Facebook Lebih Unggul Basmi Hoax Ketimbang Twitter
Menariknya, jika disandingkan siapa yang lebih gesit memerangi hoax, Facebook ternyata lebih unggul ketimbang Twitter dalam hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Facebook mengungguli Twitter dalam menumpas hoax pada periode 2015 sampai pertengahan Juli 2018.
Seperti dilansir The Verge, Senin (17/9/2018), bukti kalau Facebook lebih baik ketimbang Twitter dalam memerangi hoax, tertuang dalam hasil penelitian lewat lebih dari 570 situs web oleh Universitas Stanford dan Universitas New York, Amerika Serikat (AS).
Dari hasil itu, 570 situs web ini dikategorikan sebagai produsen hoax menurut kelompok peneliti PolitiFact dan FactCheck.
Lebih lanjut hasil penelitian mengungkapkan bahwa penyebaran hoax di Facebook hingga Juli 2018 menurun 60 persen, sementara Twitter malah meningkat.
“Kami menemukan hasil interaksi pengguna yang berhubungan dengan situs berita palsu, semakin meningkat di Facebook dan Twitter mulai awal 2015 hingga 2016, tepatnya pemilu AS selesai. Kemudian setengahnya menurun di Facebook dan meningkat di Twitter,” tutur peneliti dalam studi Tren Difusi Misinformasi di Media Sosial.
Para peneliti juga mengungkap penyebaran berita palsu di Facebook dan Twitter sangat berpengaruh.
Pasalnya, jika dilihat dari rasio penyebaran hoax pada Facebook, terbilang cukup besar pada awal 2015 hingga 2016. Namun setelahnya, rasio penyebaran justru menurun.
“Rasio keterlibatan Facebook dan Twitter itu kalau dibandingkan seperti 40:1 di awal periode hingga akhir 2016, dan setelahnya turun menjadi 15:1 di akhir periode,” ujar peneliti.
(Tin/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: