Bakteri Ini Jadi Kunci Manusia Bisa Hidup di Mars?

Peneliti dari Imperial College London baru saja menemukan salah satu 'kunci' yang mereka anggap bisa membantu manusia hidup di Mars kelak.

oleh Jeko I. R. diperbarui 25 Jan 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2019, 07:00 WIB
Kawah Salju di Planet Mars
Foto yang diabadikan oleh satelit milik Badan Antariksa Eropa (ESA) menangkap gambar kawah bersalju di Planet Mars. (ESA)

Liputan6.com, Jakarta Teka-teki apakah Planet Mars kelak bisa dihuni manusia di masa depan, hingga kini masih menjadi misteri.

Tak heran, banyak institusi luar angkasa dan ilmuwan meneliti Planet Merah ini untuk mengungkap apakah ia memiliki tanda-tanda kehidupan yang mendukung kelayakan hunian manusia.

Terbaru, peneliti dari Imperial College London baru saja menemukan salah satu 'kunci' yang mereka anggap bisa membantu manusia hidup di Mars kelak.

Dilansir Newsweek pada Jumat (25/1/2019), mereka baru saja menemukan bakteri yang dinilai mampu beradaptasi dengan fotosintensis--yakni proses di mana tanaman dan organisme lain mampu menyerap cahaya dan memproduksi oksigen.

Bakteri bernama 'Cyanobacteria' ini, dipercaya bisa hidup di Mars dan bahkan mampu berfotosintensis bersamaan dengan organisme lain.

Jika mereka dibawa ke Mars, nantinya bakteri ini akan disimpan di dalam biosphere dan menciptakan oksigen.

"Ini masih teori, tetapi badan antariksa dan perusahaan swasta tertarik dengan konsep bakteri ini demi mewujudkan kenyataan untuk bisa tinggal di Mars," ujar Elmars Krausz, pimpinan peneliti.

"Fotosintesis secara teori bisa dimanfaatkan dengan organisme semacam ini (Cyanobacteria) untuk menciptakan udara, agar manusia bisa bernafas di Mars," lanjutnya.

 

Bisa Hidup di Pencahayaan Rendah

planet Mars
planet Mars (iStockPhoto)

Krausz juga mengungkap, kalau Cyanobacteria merupakan bakteri yang bisa hidup di pencahayaan rendah, bahkan bisa tumbuh di bebatuan dan bertahan dalam kondisi dan suhu ekstrem seperti di Mars.

Menariknya, peneliti mengamati kalau Cyanobacteria ternyata merupakan jenis bakteri yang biasanya tumbuh di sejumlah wilayah terpencil, seperti Antartika dan gurun Mojave.

Mengandung Klorofil

bakteri
Ilustrasi bakteri luar angkasa. (Foto: Mirror)

Dalam studi tersebut, peneliti juga menemukan jenis pigmen yang terkandung di dalam bakteri ini, seperti klorofil yang mampu membuat organisme dapat beradaptasi dalam pencahayaan rendah dan tetap bisa memproduksi energi.

"Kandungan klorofil ini beradaptasi untuk menyerap cahaya seminim mungkin. Namun, riset kami mengidentifikasi kalau klororil merah ini berperan sebagai komponen penting untuk proses fotosintensis dalam kondisi pencahayaan rendah," ujar salah satu peneliti, Jennifer Morton.

Dengan demikian, menurut Morton, tidak menutup kemungkinan kalau mempelajari klorofil merah ini, bisa membantu peneliti menemukan tanda-tanda kehidupan di planet lainnya.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya