Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat hingga 7 poin atau 0,04 persen menjadi 16.334 per dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, rupiah dipatok 16.341 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan nilai tukar atau kurs rupiah masih rentan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk saat ini.
Baca Juga
"Kebijakan kenaikan Tarif Trump dikhawatirkan akan memicu kenaikan inflasi di AS, sehingga The Fed (Federal Reserve) akan membatasi pemangkasan suku bunga acuannya,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (7/2/2025).
Advertisement
Seperti diketahui, Trump melakukan penundaan rencana kebijakan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko. Meskipun begitu, kebijakan tersebut tetap akan berlaku karena penundaan hanya berlangsung selama 30 hari.
Di sisi lain, Trump bakal memberlakukan tarif kepada EU karena blok negara-negara Eropa itu dianggap olehnya "telah memperlakukan kami (AS) dengan sangat buruk”. Hal ini disebabkan EU memberikan pajak yang dinilai banyak menghabiskan uang AS dan defisit perdagangan sangat besar dengan blok tersebut.
AS juga telah menerapkan bea masuk 10 persen untuk semua barang dari Tiongkok.
Kebijakan kontroversial lain Trump ialah terkait rencana mengambil alih Jalur Gaza dan Terusan Panama hingga menutup United States Agency for International Development (USAID) dianggap bakal memicu konflik ekonomi AS dengan negara lainnya.
“(Ini) bisa memicu goncangan ke perekonomian global (dan) menambah ketidakpastian, (sehingga) akan mendorong pelaku pasar mencari aset aman seperti dolar AS dan emas,” kata Aris.
Untuk hari ini, rupiah berpotensi melemah ke arah 16.400 per USD dengan potensi support di sekitar 16.280 per USD.
Rupiah Dibuka Loyo dari Dolar AS pada 6 Februari 2025, Segini Sekarang
Pada perdagangan Kamis pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 17 poin atau 0,10%, bergerak dari posisi sebelumnya 16.292 per dolar AS menjadi rupiah 16.309 per dolar AS.
Pembukaan rupiah terhadap dolar AS ini dikutip dari ANTARA, Kamis (6/2/2025).
Pelemahan ini terjadi dalam konteks fluktuasi nilai tukar mata uang di kawasan Asia, di mana beberapa mata uang regional juga menunjukkan tren serupa.
Mata Uang Negara Lain
Rupiah tidak sendirian dalam menghadapi tekanan terhadap dolar AS. Di Asia, Won Korea tercatat sebagai mata uang yang mengalami pelemahan terdalam, yakni sebesar 0,21%, diikuti oleh rupiah yang melemah 0,11%.
Mata uang lain seperti baht Thailand (melemah 0,08%), yuan China (melemah 0,06%), dolar Singapura (melemah 0,03%), dan dolar Hong Kong (melemah 0,02%) juga turut melemah terhadap dolar AS.
Namun, tidak semua mata uang Asia mengalami nasib yang sama. Beberapa mata uang justru menunjukkan penguatan terhadap dolar AS pada pagi ini.
Yen Jepang memimpin dengan kenaikan 0,33%, disusul oleh ringgit Malaysia dan peso Filipina yang masing-masing menguat 0,13%. Dolar Taiwan juga mencatat kenaikan, meskipun lebih kecil, sebesar 0,04%.
Advertisement
Kesimpulan
Perbedaan performa mata uang Asia ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, di mana faktor-faktor seperti sentimen pasar global, kebijakan moneter, dan kondisi ekonomi domestik memainkan peran penting.
Pelemahan rupiah pagi ini perlu dipantau lebih lanjut, terutama dalam konteks stabilitas ekonomi Indonesia dan respons otoritas moneter terhadap fluktuasi nilai tukar.
