Liputan6.com, Jakarta - Huawei berulang kali menegaskan pihaknya tidak menjadi alat spionase pemerintah Tiongkok. Bantahan tersebut tidak hanya disampaikan oleh sang Chief Executive Officer (CEO), tapi juga pendiri dan Chairman Huawei.
Dilansir Phone Arena, Senin (4/2/2019), pendiri Huawei, Ren Zhengfei, pada bulan lalu mengatakan bahwa meski disebut sebagai ancaman terhadap keamanan nasional oleh pemerintah Amerika Serikat (AS), perangkat Huawei tidak digunakan sebagai alat mata-mata oleh pemerintah Tiongkok. Kini pernyataan serupa juga disampaikan oleh sang chairman.
Advertisement
Baca Juga
Chairman Huawei, Liang Hua, kepada surat kabar Kanada Globe and Mail mengatakan pihaknya tidak akan berbuat hal yang akan merugikan negara, organisasi, atau individu mana pun.
"Divisi teknologi yang didasarkan pada berbagai ideologi dan sudut pandang tidak akan bermanfaat bagi manusia, atau untuk kemajuan teknologi. Kami tidak akan pernah melakukan apa pun untuk merugikan negara, organisasi, atau individu mana pun," ungkap Liang.
Meski berulang kali membantah memberikan informasi kepada pemerintah Tiongkok, Huawei diwajibkan oleh hukum Tiongkok untuk membantu negara tersebut dalam hal intelijen.
Selain itu, semua perusahaan telekomunikasi di Tiongkok disebut juga harus memberkan alat enkripsi kepada pihak keamanan Tiongkok.
Berdasarkan kekhawatiran terhadap hal tersebut, AS memperingatkan sekutunya, termasuk Kanada, agar tidak menggunakan peralatan jaringan Huawei untuk teknologi 5G.
Pemerintah AS disebut juga turut andil dalam pembatalan kerja sama Huawei dengan operator Verizon dan AT&T untuk menjual Mate 10 Pro di negara tersebut.
Terlepas dari tidak adanya kerja sama dengan operator besar di AS, Huawei saat ini merupakan salah satu vendor smartphone terbesar di dunia. Selain itu, perusahaan juga merupakan penyuplai peralatan jaringan terbesar di dunia.
Pengapalan Smartphone 2018
Samsung dan Apple mengalami kondisi yang tidak cukup baik di pasar smartphone pada tahun lalu. Berdasarkan data International Data Corporation (IDC), pangsa pasar keduanya mengalami penurunan di tengah lemahnya kondisi industri smartphone.
Mengutip data IDC, Samsung masih memimpin pasar smartphone global pada tahun lalu dengan pangapalan 292,3 juta unit dan 20,8 persen pangsa pasar. Namun, jumlahnya turun 8 persen dibandingkan 317,7 juta smartphone yang dikapalkan pada 2017. Pangsa pasarnya pun turun 0,9 persen.
Apple berada di peringkat kedua dengan pengapalan 208,8 juta unit smartphone pada tahun lalu, turun tiga persen dari 215,8 juta unit pada 2017. Namun, pangsa psarnya naik 0,2 persen menjadi 14, 9 persen.
Secara keseluruhan, pengapalan smartphone pada tahun lalu mencapai 1,4 miliar unit. Menurut data IDC, jumlahnya turun 4,1 persen, dan dinilai sebagai tahun terburuk bagi pasar smartphone.
Adapun posisi lima besar lain ditempati oleh tiga vendor asal Tiongkok, yakni Huawei, Xiaomi, dan Oppo.
Berbeda dengan Samsung dan Apple, para vendor asal Tiongkok menikmati pertumbuhan yang cukup baik pada tahun lalu. Huawei merupakan vendor dengan pertumbuhan pengapalan smartphone terbesar.
Huawei untuk pertama kalinya berhasil mengapalkan smartphone lebih dari 200 juta unit. Jumlah pengapalan smartphone Huawei pada tahun lalu sebanyak 206 juta unit, naik hampir 52 juta unit dibandingkan 2017. Pangsa pasarnya pada 2018 sebesar 14,7 persen.
Xiaomi pun mengalami pertumbuhan yang baik. Pengapalan smartphone Xiaomi naik 32,2 persen menjadi 122,6 juta unit pada 2018 dengan 8,7 persen pangsa pasar.
Oppo yang menutup posisi lima besar, mengapalkan 113,1 juta unit pada 2018, naik 1,3 persen dari 2017. Pangsa pasarnya 8,1 persen.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement