Liputan6.com, Jakarta - Hampir semua pelajar beranggapan gelar sarjana adalah langkah awal untuk meraih penghasilan besar dan masuk ke dalam perusahaan besar, terlebih seperti Apple, Google, dan Netflix. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar.
Belum lama ini, CEO Apple , Tim Cook, mengatakan setengah dari karyawannya bukanlah sarjana.
Cook beralasan, banyak perguruan tinggi tidak mengajarkan keterampilan yang paling dibutuhkan para pemimpin bisnis dalam angkatan kerja mereka, seperti coding.
Advertisement
Baca Juga
"Seperti yang kalian ketahui, perusahaan kami didirikan oleh seorang yang tidak lulus kuliah. Jadi kita tidak pernah benar-benar berpikir gelar sarjana adalah hal yang harus anda lakukan dengan baik. Kami selalu berusaha memperluas wawasan kami," ucap Coo di White House Panel seperti dilansir Business Insider, Jumat (19/4/2019).
Sekarang ini, perusahaaan-perusahaan teknologi terkemuka seperti Apple, Google, dan Netflix mempekerjakan karyawan yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, baik dengan gelar ataupun tanpa gelar.
Adapun LinkedIn menemukan banyak perusahaan yang tidak memperkerjakan karyawan yang tidak mempunyai gelar.
Setelah analisis data lebih lanjut, LinkedIn mengidentifikasi posisi-posisi tertentu yang lebih mungkin diisi oleh lulusan non-perguruan tinggi, termasuk teknisi elektronik, perancang mekanik, dan perwakilan pemasaran.
Menurut laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, pekerja yang memegang setidaknya gelar sarjana memperoleh pendapatan lebih dari USD 932 (setara dengan Rp 13 jutaan) per minggu, pendapatan tersebut adalah rata-rata untuk semua pekerja pada 2018.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Apple Kucurkan Rp 7 Triliun untuk Investasi di Industri Gim
Apple mengucurkan uang ratusan miliar dolar untuk berinvestasi di bidang video gim. Menurut sejumlah orang di Apple, video gim akan masuk dalam layanan berlangganan gim Apple Arcade.
Pengeluaran investasi dengan nilai yang tak sedikit ini menunjukkan betapa seriusnya Apple menjadikan gim sebagai sumber pendapatan baru dengan metode langganan.
Mengutip Financial Times, Rabu (17/4/2019), sebelumnya Apple mengumumkan Apple Arcade bulan lalu di Cupertino, California.
Apple bertujuan untuk mendorong sumber pendapatan baru dan lebih dapat diprediksi dari layanan online lantaran pertumbuhan penjualan menurun untuk iPhone.
Menurut prediksi sejumlah analis, gim berlangganan akan membentuk bisnis bernilai multimiliar dolar bagi AS dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, untuk membangun bisnis ini Apple butuh investasi tak sedikit untuk kesuksesan layanan Arcade mereka.
Sejumlah orang yang terlibat di dalamnya mengatakan, Apple telah menggelontorkan sejumlah miliar dolar untuk lebih dari 100 gim yang telah dipilih untuk diluncurkan di Arcade.
Kabarnya, total Apple menggelontorkan anggaran sekitar USD 500 juta atau setara Rp 7 triliun.
Â
Â
Advertisement
Insentif Bagi Pengembang
Laporan Financial Times menyebut, Apple menawarkan ekstra insentif bagi pengembang jika mereka setuju memasukkan gimnya ke Arcade.
Para pengembang juga diminta untuk menahan rilis mereka di Google Play Android atau Microsoft Xbox.
Namun, setelah beberapa bulan eksklusivitas, pengembang akan bebas merilis gim mereka di PC atau konsol gim lain seperti di Nintendo Switch atau Sony PlayStation.
Judul yang sudah diumumkan ada di Apple Arcade antara lain adalah Sega Sonic the Hedgehog, Cartoon Network, dan Lego, serta gim baru dari pengembang independen seperti ustwo game, Annapurna Interactive, dan Bossa Studio.
(Shintya Alfian/Jek)
Â