Hacker Rusia Targetkan Serang Kedutaan Besar AS di Beberapa Negara

Ada sejumlah email yang disamarkan dalam bentuk dokumen resmi yang ditujukan untuk kedutaan besar.

oleh Jeko I. R. diperbarui 23 Apr 2019, 12:30 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2019, 12:30 WIB
Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Check Point Research belum lama ini melaporkan kalau kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di beberapa negara terancam serangan dari hacker rusia.

Menurut laporan mereka seperti yang dimuat di Ubergizmo pada Selasa (23/4/2019), ada sejumlah email yang disamarkan dalam bentuk dokumen resmi yang ditujukan untuk kedutaan besar.

Mirisnya, email tersebut memuat attachment dokumen Excel yang diduga sebagai malware.

Saat attachment dibuka, hacker akan mampu mengontrol komputer korban lewat TeamViewer, yakni layanan remote access service.

Lebih lanjut disebutkan, kedutaan Amerika Serikat di negara seperti Italia, Nepal, Bermuda, Lebanon, Kenya, dan beberapa lainnya termasuk ke dalam serangan ini.

"Serangan ini memang menargetkan pejabat dan kedutaan besar negara-negara maju seperti Amerika Serikat," tulis laporan tersebut.

Meski begitu, Check Point Research tidak memastikan apakah serangan siber ini merupakan motif berbau pelitik atau tidak.

"Serangan ini bisa jadi direncanakan dengan apik, sehingga para hacker merancang dokumen berbahaya tersebut berdasarkan dengan ketertarikan korban," lanjut laporan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Hacker Bagikan Gratis 2,2 Miliar Data Curian di Internet

Ilustrasi hacker
Ilustrasi hacker (iStockPhoto)

Usai meretas sebuah layanan online, hacker biasanya menjual informasi rahasia yang didapat di dark web.

Namun, baru-baru ini, 2,2 miliar nama pengguna dan kata sandi yang di-bundle ke dalam satu database kabarnya dibagikan secara gratis di internet.

Dikutip dari laman Wired, Jumat (1/2/2019), 2,2 miliar nama pengguna dan kata sandi unik ini dibagikan secara gratis melalui forum dan torrent yang sering digunakan oleh hacker.

Informasi, kemunculan data rahasia pengguna ini merupakan lanjutan dari tersebarnya 773 juta alamat email dan 22 juta password user dalam database berkode Collection #1.

Database tambaham dari jenis yang sama kini telah muncul di internet, dengan total hingga 845GB data curian.

Sebagian besar data yang dicuri berasal dari aksi serangan peretasan besar-besaran terhadap perusahaan, seperti Yahoo, Dropbox, dan LinkedIn.

Aksi peretasan ini merupakan masalah besar bagi mereka yang memiliki kebiasaan menggunakan password yang sama untuk semua akun mereka, dan tidak mengetahui apakah informasi mereka bocor atau tidak, dan sudah dicuri oleh hacker.

 

Hacker Bocorkan 22 Juta Password, Privasi Pengguna Terancam?

Hacker
Ilustrasi (Sumber : beliefnet.com

Lebih dari 87GB file yang berisikan alamat email dan password telah terekspose lewat sebuah folder bernama "Collection #1" oleh sejumlah hacker.

Dilansir Mashable pada Jumat (18/1/2019) sebagaimana dirinci oleh peneliti keamanan siber Troy Hunt, 'harta karun' berisi hampir 22 juta password unik dan lebih dari 772 juta alamat email ini disimpan di layanan penyimpanan cloud MEGA.

Bahayanya, tautan yang merujuk ke akses file tersebut telah dipublikasikan di forum peretas.

Hunt menjelaskan cache email dan password diduga telah dibentuk dari sejumlah peretasan data dari ribuan sumber yang dikumpulkan sejak tahun 2008.

"Seperti kebanyakan dari kalian yang membaca ini, saya pernah mengalami beberapa kali peretasan data yang sebelumnya mengakibatkan alamat email dan password bocor di publik," tulis Hunt.

(Jek/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya