Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih jauh dari implementasi teknologi 5G secara komersial, baik untuk industri atau pun konsumen individu.
Kendati demikian, operator seluler, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lain tengah melakukan serangkaian persiapan untuk menyambut penerapan teknologi baru tersebut.
PT XL Axiata (XL Axiata) termasuk operator seluler yang sedang mempersiapkan impelementasi jaringan 5G. Salah satu yang sedang dilakukan adalah program fiberisasi, yang diklaim dapat menghadirkan kecepatan data tinggi, jumlah pemakai lebih banyak, serta latency atau delay yang rendah.
Advertisement
Keunggulan teknologi 5G tersebut hanya bisa didapatkan jika site atau Base Transceiver Station (BTS) terhubung dengan fiber.
XL Axiata telah melaksanakan program ini secara masif di seluruh wilayah Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Secara teknis, fiberisasi merupakan upaya modernisasi jaringan dengan cara menghubungkan BTS melalui jalur fiber, termasuk sekaligus melakukan regenerasi perangkat-perangkat BTS, seperti mengganti perangkat yang selama ini memakai microwave menjadi perangkat fiber.
Baca Juga
Persiapan lain yakni bisnis model dan spektrum yang tepat. Dalam hal ini termasuk investasi biaya untuk spektrum.
"Untuk sampai pada implementasi 5G, banyak sekali persiapan, termasuk fiberisasi. Selain dari sisi infrastruktur, bisnis model, dan investasinya, terutama untuk spektrum dan peralatannya," kata Presiden Direktur XL Axiata, Dian Siswarini, di kantor XL Axiata, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Dian memperkirakan Indonesia baru bisa mengimplementasikan teknologi 5G dalam waktu tiga tahun lagi. Pemerintah sendiri sampai saat ini belum menentukan spektrum yang akan digunakan untuk jaringan 5G di Indonesia.
Sejauh ini ada tiga kandidat pita frekuensi yang kerap disebut akan menjadi pilihan di Indonesia, yakni 3,5 GHz, 26 GHz, dan 28 GHz.
Para operator seluler sudah melakukan uji coba teknologi 5G di berbagai frekuensi, termasuk 28 GHz dan 15GHz.
XL Axiata sendiri baru saja menggelar uji coba teknologi 5G pada frekuensi 28GHz dengan lebar pita 400 MHz, melalui demonstrasi tampilan hologram dan bermain gim online.
Â
Untuk Industri
Keunggulan teknologi 5G dinilai sangat ideal untuk Business to Business (B2B) atau enterprise. Hal ini mengingat latency teknologi tersebut yang sangat rendah.
Dian mengungkapkan tekologi jaringan seluler kelima ini ideal untuk berbagai industri, termasuk kesehatan, kontruksi, transportasi, dan pendidikan. Selain itu juga cocok untuk pemerintah seperti penerapan smart city.
"Kebutuhan terbesar untuk 5G itu, kita lihat untuk B2B. Ada banyak use case untuk B2B karena dibutuhkan berbagai industri termasuk kesehatan dan transportasi," tutur Dian.
Di luar B2B, komersialisasi 5G saat ini kebanyakan baru untuk mengoptimalkan pengalaman bermain gim online, dan Virtual Reality (VR).
Â
Advertisement
Komentar Menkominfo
Lebih lanjut, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, meyakini 5G baru akan menyambangi pasar konsumen Indonesia pada 2024. Namun, memang untuk tahap awal dinilai sebaiknya fokus untuk industri.
"Saya dorong fokus 5G ini untuk B2B. Kalau konsumen seperti individu, belum tentu mereka mau karena harganya jauh lebih mahal daripada 4G. Sementara perusahaan berbeda, mereka mau bayar mahal jika value yang mereka dapat besar," katanya.
Sebelumnya, Direktur Penataan Sumber Daya, Ditjen SDPPI Kemkominfo, Denny Setiawan, mengatakan finalisasi kebijakan dan regulasi untuk 5G, termasuk spektrum, model bisnis, dan Biaya Hak Penggunaan (BHP) diharapkan terjadi pada periode 2020-2021.
(Din/Isk)